Lihat ke Halaman Asli

Huzer Apriansyah

Pada suatu hari yang tak biasa

[Live Report] Aksi Anti Korupsi di Istana Negara

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_147554" align="aligncenter" width="650" caption="Orator aksi di atas mobil khusus/doc@huzera"][/caption]

Mereka dirampas haknya //Tergusur dan lapar//Bunda relakan darah juang kami//Padamu kami berjanji...

Bait lagu khas gerakan mahasiswa itu mengiringi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah memulai aksi dari kampus mereka di Ciputat. Tak kurang dari 100 mahasiswaberangkat menuju KPK di Kuningan sebagai episentrum aksi peringatan hari anti korupsi se dunia tahun ini.

Tak hanya di KPK, di depan istana negara juga dipadati aksi anti korupsi. Gerakan mahasiswa, buruh, pedagang kaki lima dan kelompok kesenian lokal mengutuk pemerintahan SBY yang dinilai lamban dan tidak tegas menyelesaikan kasus-kasus korupsi.

[caption id="attachment_147555" align="aligncenter" width="650" caption="Kelompok aksi dari UIN Syarif Hidayatullah Ciputat/doc @huzera"][/caption]

***

Mentari ibukota menunjukkan kegarangannya, pasca Sholat Jumat, jalur lalu lintas terasa lebih padat dari biasanya. Sekelompok massa yang tak kurang dari 500 orang memasuki kawasan depan istana, polisi menggiring mereka ke arah Monas. Seorang orator terus meneriakkan yel-yel anti korupsi. Seolah ingin memompa spirit massa yang mulai lelah.

Di sisi lain, sekelompok mahasiswa juga mengkonsolidasi aksi mereka. Jumlah mahasiswa tak terlalu banyak tak sampai seratus orang. Mereka tenggelam jumlahnya dibanding pasukan pengaman aksi yang terdiri dari polisi dan Brimob. Meski demkian aksi tetap berlangsung penuh semangat. Ketegangan juga sempat terjadi ketika mahasiswa berniat berorasi persis di depan pagar istana presiden. Namun, polisi menolak dan mengarahkan ke arah Monas.

[caption id="attachment_147556" align="aligncenter" width="650" caption="Salah satu poster aksi/doc@huzera"][/caption]

Di tengah terpilihnya ketua baru KPK, Abraham Samad. Secercah asa dan segenggam harapanguna membersihkan negeri dari tikus-tikus pengerat yang telah memiskinkan rakyat dan negeri ini seolah menyingsing dari Timur Indonesia. Pada saat yang sama publik tumpah ruah merayakan hari anti korupsi, seolah ingin menyampaikan dukungan penuh pada aksi dan kerja nyata pimpinan KPK (jilid 3) dibawah komando Abraham samad.

Aspirasi yang menggelora ini semoga bisa menjadi semacam amunisi bagi Samad, Bambang Widjoyanto, Busyroh Muqqodas dan dua ketua lainnya . Kepercayaan dan dukungan publik jangan sampai mengendap, implikasinya bisa menjadi bumerang buat KPK. Publik akan berlahan kehilangan empati atas lembaga yang paling banyak diharapkan dan paling dicintai ini.

Tentu saja sebuah perubahan membutuhkan proses, semoga selama proses tersebut, publik tidak dibawa dalam janji-janji panjang yang tak kunjung menemui bentuknya. Publik sudah pada level menuntut bukti bukan lagi menunggu janji. Determinasi gerakan sosial akan semakin masif jika KPK secara khusus dan negara secara umumtak melakukan langkah terobosan untuk mencegah korupsi dan menindak keras pelaku yang telah terbukti.

Kalau kita menganggap perjalanan KPK sebagai perjalanan seorang manusia, maka KPK jilid 1, adalah masa tumbuh kembangnya seorang anak. Jauh dari stabil, cenderung masih emosional dan sangat tergantung “orang tua”nya. Pada fase kedua KPK mulai memasuki fase remaja, dimana kegenitan biasanya menjadi ciri khas manusia remaja. Maka pada fase ini kemelut KPK  terjadi berulang kali.

[caption id="attachment_147558" align="aligncenter" width="650" caption="Mobil unik peserta aksi/doc@huzera"][/caption]

Nah, saat ini di KPK jilid 3, KPK tengah berproses sebagai manusia dewasa. Dimana, kekuatan, kejujuran dan keteguhan akan menjadi kunci bagi seorang anak muda untuk berhasil menambatkan sauh di muara tujuan.

Pada akhirnya hari ini adalah sebuah perayaan biasa saja (rutin), namun karena kita merayakan hari anti korupsi di sebuah negeri yang telah luluh lantak oleh individu yang menggerogoti negerinya, pemimpin yang amanah dan kejujuran disimpan rapat-rapat di delam almari serta penderitaan kaum tak berpunya yang ngeri. Maka, perayaan ini mendapatkan momentumnya bahkan bisa juga menghadirkan sebuah ledakan yang punya daya hancur luar biasa. Bukankah Amartya Sen menyebut penderitaan dan rasa lapar akan bisa membuat manusia menjadi luar biasa...

Menyaksikan aksi di depan istana hari ini, membuat saya yakin bahwa ekspresi berpolitik publik sangat baik, tapi akankah ini diikuti laku pemimpin negeri yang arif dan keras terhadap kejahatan ? Rasanya belum ada indikasi kuat ke arah itu. Namun, gerakan hari ini adalah modal besar bagi tumbuh kembangnya demokrasi dan clean governance.

Selamat beraktivitas pimpinan KPK, bagi kita semua para rakyat biasa selamat memantau kinerja lembaga “kesayangan" kita ini. Kami memantaumu pasat-pasat, Bang Samad..!

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline