Lihat ke Halaman Asli

Huzer Apriansyah

Pada suatu hari yang tak biasa

Masjid Itu Dulunya Gereja (Sebuah Catatan Perjalanan)

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142922" align="aligncenter" width="650" caption="Small Heath Mosque/doc @huzera"][/caption]

Di Indonesia konflik yang bermula pada persoalan tempat ibadah terutama menyangkut pendirian tempat ibadah kerap terjadi. Menyangkut persoalan rumah ibadah sensitif adannya. Meski aku sebenarnya tak pernah mengerti apa yang mebuat ini menjadi keributan. Baiklah, tulisan ini tak akan mengulas konflik pendirian rumah ibadah, melainkan ingin bertutur tentang sebuah masjid yang dulunya adalah sebuah gereja.

***

Beberapa waktu yang lalu, usai menyaksikan laga kandang Birmingham City di St. Andrews Stadium, aku berjalan-jalan di sekitar stadion. Karena waktu itu bulan puasa, aku coba jalan-jalan cari buka puasa gratis. Setelah menjelajah sejenak, kudapat petunjuk. Small Heath Mosque yang juga merupakan Small Heath Moslem Community Centre disana saya menikmati buka puasa gratis hari itu. Hanya sekitar 10 menit jalan kaki saja dari St. Andrews Stadium. Mantap pikirku…

Setelah berjalan melewati sebuah pusat perbelanjaan besar, aku menemukan daerah Small Heath, Birmingham-Inggris. Di jalan banyak kujumpai komunitas muslim, nampaknya dari Somalia dan Pakistan. Tapi setelah berputar-putar tak pula kujumpai bangunan yang menyerupai masjid atau ada petunjuk bahwa itu masjid.

Di ujung jalan,  kumenemukan sebuah bangunan yang nampaknya dipenuhi oleh warga muslim. Tapi aku ragu, karena bangunan itu lebih menyerupai gereja. Apalagi dari sisi ku berdiri tak ditemui ada papan petunjuk bahwa itu masjid. Akhirnya, coba melangkah ke sisi lain. Kemudian mencoba menghubungi seorang kawan  yang bermukim tak jauh dari sini. Paul namanya, ia seorang guru sekolah dasar di daerah Small Heath ini. Dari Paul kemudian kutahu bahwa bangunan yang tadi kusangka gereja itulah masjid.

Kudekati lagi bangunan itu, benar saja dari sisi lain gedung ada plang kecil menunjukkan bahwa itu masjid. Langsung saja masuk karena waktu buka sudah tak lama lagi.

Mataku masih terpukau dengan masjid ini. Bentuknya yang betul-betul masih seperti gereja, membuatku penasaran apakah para jamaah disini gak merasa risih. Kutanya seseorang yang yang ada di sebalahku. Arden namanya, berbincanglah kami. Ia datang dari keluarga imigran asal Bangladesh tetapi ia sendiri lahir di Birmingham. Ia bersama beberapa pemuda muslim lainnya adalah relawan di Small Heath terutama saat ramadhan tiba. Dari dia dan dari Paullah aku tahu bahwa sebelum menjadi masjid, bangunan itu adalah sebuah gereja. Kapan tepatnya bangunan itu berubah fungsi, mereka berdua tak tahu persis.

Akhirnya waktu ramadhan berakhir aku memilih sholad Idul Fitri di masjid Small Heath ini, walau lumayan jauh letaknya dari tempatku bermukim, tapi tak apalah. Aku sungguh takjub dengan masjid itu. Sungguh ini pengalaman pertamaku sholat di dalam“gereja”.

Di samping berfungsi sebagai masjid, bangunan ini juga berfungsi sebagai moslem community centre. Banyak kegiatan bagi umat muslim disini. Ada diskusi/pengajian rutin, ada kelas belajar baca qur’an dan berbagai aktivitas komunitas lainnya.

***

Mengingat apa yang pernah kujumpai ini, jadi membayangkan. Apa mungkin sebuah masjid kemudian menjadi gereja atau sebuah gereja kemudian berubah menjadi masjid di negara kita ya ? Teriring doa semoga tak ada lagi konflik yang berpangkal dari masalah pendirian rumah ibadah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline