Kemenangan lima gol tanpa balas garuda muda atas Timor Leste dalam laga ujicoba jelang Sea Games di Senayan memang menyenangkan. Asa emas mulai menyeruak di hati pendukung meski kalau mau jujur permainan garuda muda masih jauh dari harapan.
[caption id="attachment_137838" align="aligncenter" width="619" caption="Selebrasi Gol Syamsir Alam yang dirayakan hanya oleh tiga pemain/(dok @huzera)"][/caption] Meski demikian penontonpun mulai meramaikan Senayan, agak berbeda dengan ujicoba sebelumnya yang nyaris tanpa penonton. Pada awal pertandingan stadion hanya diisi ribuan pelajar putih abu-abu yang bersorak sorai di tribun Timur Senayan. Namun entah dengan pertimbangan apa, panitia pada sekitar menit ke limabelas babak pertama membuka beberapa pintu stadion, penontonpun mulai menyerbu. Sontak tribun Barat yang sedia sepi mulai gegap gempita oleh serbuan penonton gratisan ini. Tulisan ini tak bermaksud mengulas detail jalannya pertandingan hanya mencoba mengungkap hal-hal kecil yang mungkin luput dari mata pena para wartawan main stream dan lepas dari perhatian penonton di layar kaca.
***
[caption id="attachment_137839" align="aligncenter" width="524" caption="Pemanasan Alam yang mengundang sorak penonton/(dok.@huzera)"][/caption] Jelang menit 30 babak pertama, pelatih garuda muda nampak menginstruksikan Syamsir Alam pemanasan di sisi belakang bench skuad garuda. Pemanasan Syamsir Alam sontak menyulut tepuk tangan penonton, seorang penonton yang persis di samping sayapun berseru “Mainin Alam…jauh-jauh aku dari Papua mau lihat dia..”, tak berbeda jauh dengan pasukan penonton biru abu-abu yang berteriak “Syamsir main….Syamsir main.”
Dalam hati kuberbisik , calon idola baru telah hadir. Hingga akhir babak pertama Syamsir Alam tak kunjung masuk lapangan, garuda muda mengakhiri babak pertama dengan 4 gol tanpa balas yang dicetak oleh Egi Melgiansyah dan Patrick Wanggai dari titik putik. Juga oleh Ferdinand Sinaga dan Abdurrahman.
[caption id="attachment_137840" align="aligncenter" width="678" caption="Pasukan putih abu-abu yang setia mendukung garuda muda sepanjang pertandingan/(dok.@huzera)"][/caption]
Antusiasme penonton memuncak tatkala Samsir Alam masuk lapangan sebagai pemain pengganti di awal babak kedua. Samsir…Samsir terdengar sayup dari tribun penonton. Sosok kelahiran 6 Juli 1992 itupun tampak bergairah di lapangan, dengan tinggi 175 dan gaya berlari yang khas ditambah model rambut yang unik membuat Syamsir Alam mudah dikenali penonton. Tiap kali pemain tengah atau sayap menggiring bola, teriakan “kasih Samsir”..”Umpan ke Alam” bersahutan di deret kursi persis di belakang saya.
Sosok bertinggi 175 sentimeter yang kini memperkuat Atletico Penarol (Uruguay) itu seolah menangkap gairah penonton dengan gol semata wayangnya di pertandingan ini. Gol yang bermula dari tembakan keras Zulham, tapi di artikel Vivanews disebut hasil sepakan Yongki Ariwibowo, entah mata saya yang keliru atau bagaimana. Tai jelas ketika itu Yongki justru berada di belakang Syamsir dan Zulhamlah yang menyisir dari sisi kanan pertahanan Timor Leste.
[caption id="attachment_137841" align="aligncenter" width="581" caption="Keributan Antar Pemain mewarnai laga/(dok.@huzera)"][/caption]
***
Tanda Tanya Itu…
Entah mengapa saya dna beberapa penonton yang menyaksikan pertandingan itu merasakan ada sesuatu yang aneh dalam timnas garuda. Keanehan itu terlihat tatkala dua kali Yongki Ariwibowo tak mengumpan pada Syamsir padahal ia berdiri bebas dan ruangnya lebih terbuka. Yongki yang di pertanding ini nampak begitu “loyoh”, terlalu sering jatuh padahal hanya disenggol pelan lawan lebih memilih menembak langsung padahal ruang tembaknya tak terlalu terbuka.
[caption id="attachment_137842" align="aligncenter" width="697" caption="Alam no punggung 23 berulang kali mengangkat tangan tinggi-tinggi tapi bola tak kunjung tiba/dok@huzera"][/caption]
Tidak berhenti disana, Johan Juansyah yang masuk menggantikan Egi Melgiansyah dan bertindak sebagai dirijen lapangan tengah garuda muda juga tercatat paling tidak dua kali “menolak” memberi bola pada Syamsir Alam padahal Syamsir bisa dibilang dalam kondisi terbuka 90 persen. Andai saja bola disodor mungkin skor akhir bisa 7 atau 8 melawan kosong, bagi timnas.
Penontonpun nampak geram dengan keadaan itu, seorang bapak yang berseragam perusahaan taksi biru ibukota bahkan sempat berujar… “wah ini mah kecemburuan sosial” entah apa maksud sesungguhnya dari perkataan bapak itu, tapi respon itu keluar tatkala Johan Juansyah mengabaikan posisi Syamsir yang terbuka lebar.
Berulang kali memang tampak jelas Syamsir Alam berteriak dan mengangkat tangan tinggi-tinggi, sebagai pertanda ia siap menerima umpan. Sayang Syamsir Alam lebih banyak berlari tanpa bola. Kartu kuning yang diterima Syamsir Alam di di sekitar menit ke 65an juga sebagai akibat Syamsir yang menyusur sampai ke tengah lapangan untuk berjibaku merebut bola. Bisa jadi ini kekesalan karena jarangnya mendapat pasokan bola. Padahal kesempatan itu ada.
[caption id="attachment_137843" align="aligncenter" width="364" caption="Kesendirian Alam "][/caption]
Ada insiden kecil yang tertangkap saya di penghujung babak pertama. Syamsir menyambut rekan-rekannya di pinggir lapangan. Lalu, Syamsir melempar botol air mineral ke arah salah satu pemain depan timnas, sayangnya pemain tersebut menangkap botol itu dan melemparkannya kembali ke rumput lalu langsung mengambil sendiri air minum dari tempat lain. Mungkin hanya hal kecil, tapi bisa bermakna banyak.
Kalaupun Syamsir Alam menoreh satu gol di menit 71, dengan jelas gol itu bukan hasil paket kerjasama Alam dengan pemain lainnya. Ini adalah perpaduan kejelian dan kecepatan Syamsir menyerobot bola liar yang gagal di dekap penjaga gawang Timor Leste.
***
Belum cukup materi dan waktu rasanya menilai Syamsir Alam saat ini, bintangkah ia ? atau sekedar pelengkap garuda muda ? Namun, publik terlanjur berharap padanya, publik sepakbola nasional mulai menatap aksinya pasat-pasat. Semoga “jagoan” ini tak latah, lantas menjadi selebritas melebihi perannya di lapangan hijau, atau tak layu dirundung pujian. Ayo garuda muda..terbanglah yang tinggi..Ayo Indonesia Bisa !!
Syamsir Alam, dikenal publik bukan semata di lapangan hijau tapi celotehannya di twitter dengan akun @syamsiralam telah mendekatkannya pada publik. Kesediannya untuk menjawab berbagai tweet dari followernya juga menjadi ciri khas.
Semoga kesan “keterasingan” Syamsir Alam hanya prasangka saya dan beberapa penonton saja yang resah melihat permainan garuda muda yang tak berkembang justru saat Timor Leste bermain dengan sepuluh orang. Kalau ternyata benar ada nuansa yang kurang sedap di skuad garuda muda, rasanya masih ada waktu untuk menjadikan tim ini solid hingga menghasilkan permainan yang menyenangkan. Menarilah garuda muda tanpa prasangka dan keirian antar sesama punggawa merah putih. Terbanglah Tinggi Garuda Muda !!! AYO INDONESIA BISA !
[caption id="attachment_137844" align="aligncenter" width="650" caption="Di bawah guyuran hujan penghujung babak kedua/dok.@huzera"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H