Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Mak Erot dan Peran Perubahan Anak

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada bujangan yang kaya dalam hidup ini. Sebuah pepatah yang menarik. Walau dalam kenyataan, banyak bujangan yang kaya. Memang, pepatah ini tidak sepenuhnya benar. Tetapi, bukanlah tepat atau tidak tepat, benar atau tidak benarnya pepatah ini yang mesti kita kaji karena ternyata ada banyak pepatah orang tua zaman dulu yang juga tidak sesuai dengan kenyataan. Namun anehnya, pepatah itu selalu turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi walaupun mereka mengetahui ketidakbenaran atau ketidaktepatan pepatah itu.

Lalu apa yang mesti kita kaji dari pepatah tersebut? Sebuah pesan. Ya, sebuah pesan, semua pepatah orang tua zaman dulu selalu mengandung pesan. Misalnya ada pepatah yang mengatakan; jangan duduk di pintu nanti susah jodoh. Pesan dari pepatah ini adalah larangan agar tidak menghalangi jalan. Pepatah ini diucapkan oleh orangtua zaman dahulu dikarenakan mereka mengerti sisi psikologi manusia. Seorang manusia biasanya akan merasa takut dan menurut jika mereka ditakut-takuti dengan hukuman yang menurut mereka begitu mengerikan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh orangtua zaman dulu untuk mengatur anak-anak mereka agar mau menuruti perintahnya tanpa harus ada bantahan dan perlawanan.

Pesan apakah yang ingin disampaikan oleh orangtua pada pepatah tidak ada bujangan yang kaya? Sebuah pesan untuk membangkitkan semangat seorang pria. Jika ingin kaya, cepatlah menikah itu inti pesannya. Adakah kebenaran dari ketidaktepatannya seluruh pesan ini?

Jika anda mengamati ke sekeliling anda secara seksama, pasti anda akan menyetujui pepatah tersebut sembilan puluh sembilan persen benar adanya. Rumah-rumah orang kaya biasanya selalu terisi oleh orang-orang yang sudah menikah. Satu persen penolakannya, karena anda tahu ada juga yang bujangan kaya.

Sebagai gambaran, penulis ceritakan salah satu kisah tetangga dekat rumah waktu dulu penulis menetap di Malang sana. Sebut saja namanya mas Karyo. Dahulu ia hanyalah seorang tukang masak biasa di sebuah hotel. Ia seorang pekerja keras dan sangat menyukai sekali pekerjaannya. Bagi dia masak adalah jiwanya, hingga tidak perduli harus kerja sampai larut malam walau tanpa apresiasi yang baik dari manajemen, karirnya disitu-situ saja, mandek. Namun, nasib manusia tidak ada yang tahu, akhirnya ia keluar dari pekerjaan. Entah apa penyebabnya yang pasti.

Setelah keluar dari pekerjaan, ia terpuruk. Ketika sudah di titik nadir keterpurukkannya ia pulang kampung membawa isterinya ke Ngawi sana. "Saya bangkrut," ucap ia pada isterinya. Padahal ketika itu isterinya sedang mengandung anak pertama buah cinta mereka.

Setiap pria yang bertanggungjawab biasanya akan selalu berusaha agar anak dan isterinya tidak menderita. Begitu juga dengan mas Karyo, dalam keterpurukannya ia tetap berusaha. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya ia bisa menggapai kesuksesan. Sekarang mas Karyo mempunyai rumah yang bagus, mobil idaman tersimpan di garasi dan cabang usaha dagangnya tersebar di mall-mall besar Malang sana. Apa yang menarik dari seorang mas Karyo ini bagi penulis adalah ucapannya ketika membawa anaknya mancing bareng kami di sungai sekitar perumahan, dia berkata "anak yang membawa keberuntungan," ucap ia sambil mengelus rambut anaknya.

Agen Perubahan Internal.

Anak. Ya, anak adalah sisi lain dari semangat orangtua dalam bekerja atau mengumpulkan harta dan kekayaan sehari-harinya. Kita sering memandang anak adalah sebagai obyek bukan sebagai subyek. Sering kita dengar kata-kata "buat beli susu anak saya" atau "nanti anak dan isteri saya makan apa" terlontar dari mulut seorang ayah. Tetapi jarang sekali kita mendengar "saya kaya atau sukses gara-gara anak saya". Padahal orangtua bekerja begitu keras memeras keringat dan membanting tulang karena digerakkan oleh anak, maka oleh karena itu anak adalah subyek bukan lagi obyek dalam hal ini seperti yang dikatakan secara tidak sadar oleh mas Karyo. Anaknyalah yang menggerakkan mas Karyo untuk bekerja dan berusaha dua kali lipat dari biasanya sehingga menjadi sukses. Maka tepatlah pepatah yang mengatakan tidak ada bujangan yang kaya, karena ternyata anak adalah salah satu pion pemicu seorang pria menjadi kaya.

Peran perubahan yang dilakukan anak begitu besar dalam keluarga. Anak bisa menjadi membawa perubahan positif maupun negatif tergantung dari kecerdasan emosi orangtuanya. Contoh di atas adalah perubahan positif, tentunya untuk mencari contoh negatif kita bisa memberikannya namun dalam tulisan ini kita mengabaikan hal tersebut.

Akan kita menemukan seorang suami yang dahulunya senang berkeluyuran hingga isterinya sering marah-marah karena dinilai keterlaluan namun anehnya ketika sudah mempunyai anak kesukaan suami itu berubah, jadi senang di rumah. Atau akan kita dengar seorang pria berkata "saya kangen sama anak, kamu tidak akan mengerti sampai kamu menjadi ayah". Banyak contoh lain yang menjelaskan bahwa begitu banyak perubahan-perubahan dalam keluarga dikarenakan hadirnya seorang anak. Oleh karena itu kalau mau jujur sebenarnya kita tidak perlu mencari peran perubahan anak diluar sana, karena peran anak sudah begitu besar dalam keluarga itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline