Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Bos, Anda Juga Kerja Dong Ah!!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat si Boss yang bisanya hanya menyuruh, terkadang bikin kesal. Semua pekerjaan dilimpahkan ke anak buah. Sedang dia sendiri hanya duduk manis di depan komputer, pura-pura sibuk. Padahal lagi browsing internet atau sedang nonton film panas kayak anggota Depeer, sungguh bikin nyesek aja kelakuan beliau di mata kita yang jadi bawahannya.

Mau ngomong atau menasehati, ada rasa tidak enak dan takut, andai teguran atau nasehat kita malah menjadi bumerang dikemudian hari yang bisa mengakibatkan terhambatnya karir atau dimutasi ke tempat yang tidak nyaman. Bahkan kemungkinan terburuknya yaitu dipecat dari perusahaan karena si boss tidak suka dengan nasehat kita yang ditangkap olehnya sebagai serangan atas eksistensi dan jabatannya di perusahaan tersebut.

Kalau tidak ditegur, kitanya sendiri yang merasakan kerepotan dari ulahnya itu. Masa anak buah banting tulang dan  kerja keras mengeluarkan tenaga serta memeras pikiran untuk mengeluarkan ide-ide bagi kemajuan bersama, lah ini si boss malah enak-enakan menggunakan pontensi orang lain tanpa dia berpikir atau bertindak menurut potensi yang dia punya. Sehingga perusahaan mau membayar lebih dari karyawan lainnya. Tentunya hal itu menimbulkan kecemburuan, kekecewaan dan kekesalan pada bawahan.

Mengingat tentang sifat atasan, saya jadi ingat kisah dulu. Saat kerja di pabrik sebagai orang produksi, sebelum kerja di kantoran seperti saat ini. Ada seorang manajer dari Jepang yang membuat saya kagum. Dia itu sangat bertanggungjawab dengan jabatannya, hingga tak malu atau gengsi untuk turun ke lapangan mengecek proses jalannya produksi secara langsung. Dia tidak segan belepotan oli memeriksa hasil kerja kami di lapangan. Sehingga membuat kami merasa sangat respek terhadapnya, karena dia menempatkan diri dia sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Namun di sisi lain ada seorang manajer lokal kita. Nih manajer, jarang sekali turun ke lapangan, apalagi sampai berlepotan oli. Padahal dia ini harusnya sering turun ke lapangan karena jabatannya adalah manajer produksi. Andai turun ke lapanganpun karena terpaksa, akibat intruksi dari orang Jepang itu. Hingga karena sikapnya yang begitu, membuat tak ada sedikitpun respek yang baik dari anak buah. Kami merespek beliau dikarenakan rasa takut atau hanya politik cari muka, bukan murni respek karena kinerjanya yang brilian.

Dan ketika saya masuk ke dalam dunia 'kantor', ternyata sama saja, ada orang-orang yang setipe dengan si manajer produksi tadi. Atasan hanya bisa manjang-manjangin telunjuk untuk memerintah tapi tidak bisa manjangin kreativitas untuk pekerjaan. Seakan-akan perusahaan itu miliknya sendiri, padahal dia dan bawahannya sama-sama karyawan, sama-sama digaji oleh orang lain. Yang membedakannya adalah tugas dan tanggungjawab dalam perusahaan, itu saja.

Jarang kita lihat atasan yang manjangin telunjuknya untuk membuat konsep, rencana dan ide untuk kemaslahatan bersama. Padahal seharusnya, atasan adalah orang paling rajin bekerja, rajin mengeluarkan solusi, bukan rajin memindahkan pekerjaan dia pada bawahannya.

Kalau perlu atasan itu adalah orang yang paling akhir keluar dari kantor.  Namun pada kenyataan, kita akan menemukan atasan yang datang terlambat, sering keluar kantor tanpa ada kejelasan, pulang lebih awal. Senang membebani bawahan dengan pekerjaan yang bukan tugas dan tanggungjawabnya hingga membuat si bawahan menjadi tidak nyaman bekerja di perusahaan itu. Tentunya kelakuan si boss ini telah melanggar 3 hal yang harus dipunyai oleh seorang atasan.

Keterampilan Bekerja

Seorang atasan harus mempunyai keterampilan bekerja, bukan hanya keterampilan mengisi posisi yang lowong di perusahaan. Karena kalau cuma pandai mengisi posisi lowong tanpa keterampilan, pastinya berduyun-duyun pelamar mencoba mengajukan diri untuk hal ini. Jika dia tidak terampil atau tidak berusaha untuk menjadikan dirinya terampil sesuai dengan yang perusahaan harapkan, pada dasarnya dia sedang mendholimi diri sendiri dan orang lain.

Kemampuan Memimpin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline