Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Lamunan di Situ Gunung, 22 April 2011

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13020090201541264251

[caption id="attachment_99902" align="aligncenter" width="500" caption="Situ Gunung. Sumber : http://www.potlot-adventure.com/wp-content/uploads/2009/03/situ-gunung.jpg"][/caption] Hari itu kamu si cantik dan aku si ganteng, sedang berduaan di bawah pohon beringin di depan rumah. Si kamu yang cantik begitu mempesona si aku yang ganteng dengan rambutmu yang dikepang dua. Mata yang bulat dan bening cerah sekali memandang si aku ini. Membuat perasaan bangga dan bersyukur sama Allah karena si kamu mau sama si aku. Tuhan semoga dia tidak cepat-cepat sadar dari khilafnya memilih aku, do'aku ini terus kupanjatkan sepanjang malam. "Kang, kita ke Situ Gunung, yuk", ucapmu membuka pembicaraan di sore itu. "Boleh. Kapan?", jawabku antusias. "Tanggal 22 April 2011 itu kan Jum'at. Kebetulan tanggal merah, lumayan kan libur panjang tuh. Gimana kalau hari itu kita ke sana?" "Kan Akang Sabtunya masuk, Neng" "Ya Akang cuti dong, ah" ucapmu manja. "Baiklah, kita jalan kesana hari itu. Dandan yang cantik yah", ucapku sambil mengedipkan mata. "Ah gak dandan juga, Akang mau sama aku", jawabmu sambil tertawa membuat lesung pipi dikedua sisinya keliatan, membuat si Aku ini blingsatan. **** Tanggal 22 April 2011. Aku dan kamu akhirnya jadi berangkat ke Situ Gunung Sukabumi. Kamu memakai motor cewek yang tidak pakai gigi, sedang aku memakai motor laki yang gagah. Si Aku membawa tas keril yang berisi peralatan untuk berkemah. Sedangkan si Kamu membawa perbekalan dan sisa barang lainnya di tas gendongmu. Setelah melewati perjalanan yang berliku dan melelahkan akhirnya kita tiba di Situ Gunung. Waktu itu sore menyambut kedatangan kita dengan hangat, tersirat dari suara binatang malam yang sedikit malu-malu mengeluarkan suaranya yang terdengar lambat-lambat. Tampak kabut putih  tipis turun ke lembah ini, memberikan kesejukan bagi kita berdua. Air jernih di danau ini membuat kita teriak-teriak kegirangan seperti anak kecil saja. Ah dasar anak kota, mungkin itu pikir bapak tua ketika kami lihat pemilik perahu menambatkan perahunya sedang terpana keheranan memandang ke arah kita. Akhirnya kitapun mendirikan tenda, sengaja mengambil posisi dekat danau. Untuk memudahkan si aku memancing nanti malam. Kamu si cantik dengan lincahnya membantu pacarmu ini membuka tenda dan memasang tulang besi-besi penyangga tenda. Kemudian tanpa segan kamu memasang pasak pada ujung tenda. Sedangkan si aku membuat parit dan menebarkan garam di samping tenda, sebagai upaya menahan air jika hujan dan binatang berbisa, khususnya ular masuk ke tenda kita. Tampak bintang dan bulan bersinar terang ketika malam datang, seakan ikut bahagia dengan kemesraan kita. Sinar rembulan yang lembut menerpa wajahmu yang putih kedinginan, menambah keindahan malam itu bagi si aku. Kita nyalakan api unggun, kemudian memasak mie rebus dan kornet sebagai makan malam kita. Ah, indah banget yah Say... seakan kita sudah menjadi satu keluarga. Sambil kita duduk di atas kayu, kepalamu bersender di pundaku berceloteh tentang keindahan Situ ini. Sedang si aku memegang pancingan, menunggu jika ada ikan yang mau bergabung dengan kemesraan kita di malam ini. Aku nyalakan lagu dari radio yang bisa memainkan flash disk berisi lagu-lagu romantis kesukaanmu. Di belakang kita api unggun mencoba menggapai-gapai tubuh kita, seakan mereka ingin bergabung dengan percintaan kita. Dan ketika malam semakin larut, si kamu minta izin untuk tidur duluan. Aku dengan tersenyum mengiyakan keinginan kamu. Kututup pintu tenda sambil mengucapkan "Selamat tidur pujaanku". Semalaman aku tidak tidur sayang, bukan karena aku ingin terus mancing. Namun karena rasa cintaku yang sangat besar terhadapmu aku memutuskan untuk berjaga di luar. Berjaga-jaga dari semua kemungkinan yang akan mengganggumu, termasuk nafsu dari diriku kekasih hatimu. Ah kamu si cantik, andai semua ini bukanlah  fiksi atau khayalan. Ingin sebelum kita datang ke sini aku datang ke rumah kamu terlebih dahulu untuk bertemu dengan orang tuamu. Serta mengatakan "Yang mulia, wahai orang tua dari kekasih hatiku, nikahkanlah kami. Halalkan kami untuk pergi kemanapun berdua". Situ Gunung, Sukabumi. 22 April 2011, Tunggulah aku disana. Semoga Allah mengizinkan aku mengunjungimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline