Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Ternyata Orang Gila lebih Jujur

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diapun menerimanya, kemudian beranjak pergi. Terdengar dia bernyanyi-nyanyi seolah nyanyian itu adalah tanda terimakasih dia pada saya. Ah, sobat, kamu memang orang gila, namun kamu jujur."

*****
Hari itu motor kesayangan yang cuman satu-satunya mesti check up, agar kesehatannya selalu terjamin. Maklum tiap hari dipakai terus untuk pergi mencari rezeki, kasihan dia. Saya sebagai manusia yang beradab membawa dia ke bengkel motor dengan harapan, motor ini selalu siap dijadikan teman untuk melakukan perjalanan.

Masuklah motor saya ke bengkel resmi, seperti yang disyaratkan dalam buku service. Agar kendaraan tidak hilang garansinya maka harus dirawat di bengkel resmi. Sebagai orang yang taat peraturan, sayapun mengikuti instruksi tersebut.

Ketika motor sudah diserahkan kepada pegawai bengkel, saya duduk menunggu di tempat yang telah disediakan. Lumayan ada kopi gratis dan permen dalam toples yang juga gratis, disediakan oleh bengkel. Sambil menunggu, saya merokok dan baca Koran. Kalau tidak begitu, acara menunggu servis motor pasti terasa lama.

Selagi asyik merokok, tiba-tiba datang orang gila [maaf yang tersinggung]. Dia senyum-senyum mendekati saya, kemudian dia duduk di kursi dekat kursi saya. Diambillah olehnya puntung rokok di asbak yang di atas meja. Oh, maksud dia kesini ingin merokok, pikir saya. Ketika puntung rokok sudah ada di mulutnya, pandangan matanya tertuju sama saya. Sayapun faham akan maksud dia, kunyalakan korek gas dan menyodorkan apinya padanya. Diapun menghisap rokoknya hingga menyala. Kamipun merokok bareng, walau tanpa ada obrolan, namun sepertinya kami sudah berteman sejak lama.

Selang beberapa lama rokok saya habis dan rokok diapun habis. Saya keluarkan uang dengan maksud memberikan uang kepada dia untuk bekal jika dia ingin merokok. Sambil menyodorkan uang, saya isyaratkan tangan saya pada dia, seakan-akan saya bilang “Nih duit buat lo beli rokok”. Setelah dia menerima uang tersebut, diapun pergi. Sayapun bersyukur, alhamdulillah Gusti masih bisa beramal hari ini.

Namun tak lama kemudian, orang gila itu kembali lagi sambil membawa rokok dua batang. Satunya diberikan pada saya dan satunya lagi dimasukkan kepada mulutnya. Sayapun terbengong-bengong, luar biasa nih orang gila. Ternyata dia menangkap isyarat tangan saya seolah-olah berkata “Nih duit, pergi sana, beliin rokok”.

Saya kira dia tidak akan kembali lagi dan pergi dengan uang yang saya berikan. Namanya orang gila saya pikir, kalau dia tidak kembali juga tidak apa-apa, memang niatan awalnya saya beramal tidak terpikir yang lain. Namun ketika dia kembali, pikiran saya berubah. Jujur bener nih orang gila, padahal kalau dia pergi, siapa yang peduli dan sayapun tak akan marah.

Akhirnya kamipun merokok bareng lagi. Kami berdua seakan lebih erat lagi sebagai teman. Tak ada obrolan diantara kami, namun seakan kami adalah dua orang teman yang sedang bercengkrama. Kami seakan sedang telepati dari hati ke hati.

Setelah rokok habis, sayapun mengodok saku dengan maksud mencari uang untuk diberikan kepadanya. Setela ketemu dan dirasa nilainya cukup untuk membeli sebungkus nasi, saya berikan uang tersebut padanya. Saya isyaratkan padanya dengan tangan seolah-olah berkata “Nih uang, buat kamu makan”.

Diapun menerimanya, kemudian beranjak pergi. Terdengar dia bernyanyi-nyanyi seolah nyanyian itu adalah tanda terimakasih dia pada saya. Ah, sobat, kamu memang orang gila, namun kamu jujur.

*****

Catatan : setelah saya tanyakan namanya pada pegawai bengkel nama orang gila itu adalah Youly Chang.

Tulisan Pilihan.

Hati-hati Jika Minta Sama Jin
Nurdin Halid, Turun Nak… Nanti Jatuh!
Saya terlalu Ganteng hingga Tak Ada Wanita yang Mau
Mari Ajarkan Anak Anda menjadi Jahat Sejak Dini
A-Z Kiat Mudah Menulis
Maafkan Emak Membunuhmu
Giliranku Sudah, Sekarang Giliranmu Tuhan
Ngasih Jalan Aja Mals, Apalagi Ngasih Duit!!!
Nak, Kamu Telah Menjatuhkan Harga diri Mama
Kiat Sukses Bob Sadino [Wajib Dibaca]
Sholat Itu Tidak Perlu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline