Lihat ke Halaman Asli

Bayu Segara

Lihat di bawah.

Puisi Untuk Nenek

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Protected by Copyscape DMCA Copyright Search

Duhai Puan… Tatapmu sejuk Senyumu lembut Lakumu halus Ketika aku kelaparan Kau beri aku makan Kau beri aku air Tak sedikitpun engkau meminta Ketika dunia begitu kejam Lembut rangkulmu menenangkanku Mendekapku dengan hangat Seakan aku ada di dunia lain Sayang, senja membawamu Meninggalkan temaram Meninggalkan semburat memerah Di ujung tangis mataku Duhai puan… Adakah puan lain selainmu Adakah bulan lain selainmu Adakah sayap lain selain sayapmu Puisi ini terilhami oleh sikap nenekku yang waktu menyiapkan makanan. Waktu itu Beliau duduk dihadapanku, melihatku makan tanpa beliau ikut makan, beliau tidak berkata-kata. Ketika selesai makan, beliau menyodorkan minuman dan tanpa sedikitpun berkata. Setelah aku minum beliau menyodorkan air ‘kobokan’ [air buat cuci tangan], dan tanpa kata-kata pula. Ternyata momen tersebut adalah momen terakhirku bertemu dengan beliau karena ketika ku pulang ke rumahnya, beliau ternyata sudah pulang ke haribaannya. Tulisan Lainnya.
Adakah Ma Eroh di DPR dan Pemerintahan?? Bunuh Diri Dapet Duit
Sholat Itu Tidak Perlu…
Betulkah Agama Itu Hanya Dongeng??
Ada yang Jual Otak Ga? Albert Einstein Mau Beli Tuh
Gara-gara Kotoran Kambing Jadi Kaya
Wisata ke Pantai Santolo Melalui Jalan Seribu Belokan
Gunung Sangga Buana yang Penuh Mistis




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline