Berdasarkan Laporan Tahunan HIV AIDS pada tahun 2022 tercatat sebanyak 526.841 orang terjangkit HIV. Kecenderungan jumlah infeksi HIV mengalami penurunan tetapi berbanding terbalik dengan semakin tingginya proyeksi angka kematian, sebanyak 26.501 jiwa meninggal akibat terjangkit HIV-AIDS. HIV-AIDs dapat menyerang siapa saja, Adapun populasi yang rentan mengalami HIV-AIDs pada tahun 2018 adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (25,8%), pengguna narkoba atau penasun (28,8%), waria (24,8%) dan pekerja seks Perempuan (24,8%). Pada tahun 2022 tercatat kasus HIV mengalami kelonjakan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki serta Perempuan berisiko rendah.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan kasus HIV yang melonjak ini tertuang pada Rencana Aksi Nasional HIV AIDs dan PIMS, penjangkauan dan tes HIV pada populasi kunci tahun 2022 sebanyak 35.000 tes. Dibutuhkan peningkatan pengetahuan Masyarakat sehingga Masyarakat bisa lebih memperhatikan hal yang dapat menyebabkan HIV-AIDS.
HIV merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel darah putih sehingga kekebalan tubuh melebah dan mudah terkena infeksi serius lainnya. AIDs merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
Apa hal yang sangat berisiko terjadi penularan HIV?
- Seks anal
Seks melalui dubur atau dikenal seks anal dengan penderita HIV tanpa menggunakan pelindung seperti kondom atau ARV dapat berisiko tertular HIV. Mitra resesif lebih berisiko ketimbang mitra insertif, meskipun demikian mitra insertif juga berisiko terutama mitra yang kulup penis tidak disunat, terdapat luka terbuka di bagian penisnya (CDC,2024). - Seks Vagina
Berhubungan seks melalui vagina dengan pengidap HIV tanpa menggunakan kondom atau ARV juga berisiko tertular HIV. Menurut CDC (2024) seks melalui vagina berisiko lebih rendah tertular HIV ketimbang seks anal resesif. - Penggunaan jarum suntik
Penggunaan jarum suntik bekas pengguna HIV berisiko tertular HIV karena HIV dapat tertular melalui darah. - Penularan HIV dari ibu ke bayi
HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, kelahiran dan menyusui . hal ini daoat dicedah dengan pemeriksaan dini HIV pada ibu dan sesegera mungkin memulai pengobatan ARV ketika kehamilan, selama 4 sampai 6 minggu setelah lahir bayi diberikan HIV.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang berisiko lebih rendah terjadi penularan HIV seperti :
- Seks oraL
Seks oral dapat menyebabkan tertular HIV jika terdapat sariawan, gusi berdarah atau luka pada alat kelamin. Tetapi seks oral dapat menyebabkan beragam penyakit menular seksual lainnya akibat bakteri yang berasal dari penis. - Perawatan medis
Tidak mungkin terjadi donor darah oleh penderita HIV dikarenakan prosedur donor darah yang sangat ketat. - Kontaminasi makanan
Tidak ada risiko penularan HIV melalui air liur. Penularan HIV dapat terjadi ketika darah dari mulut bercampur dengan makanan kemudian diberikan ke bayi. Kasus ini baru tercatat pada bayi - Ciuman dalam mulut terbuka
Hal ini sangat jarang terjadi - Sentuhan
Hal ini jarang terjadi kecuali jika cairan pengidap HIV menyentuh lender atau jaringan rusak orang lain. - Tatom tindik dan prosedur kosmetik
Hal ini jarang terjadi karena prosedur yang dilakukan sesuai dengan standar.
Kementerian Kesehatan RI. 2023.Laporan Tahunan HIV AIDS 2022.
Wahyuni, Astri. 2023. HIV/AIDs, Fenomena Gunung Es yang Belum Berakhir. Yankes Kemenkes https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3065/hivaids-fenomena-gunung-es-yang-belum-berakhir (Diakses pada 6 Mei 2024)
CDC.2024. Ways HIV Can Be Transmitted. https://www.cdc.gov/hiv/basics/hiv-transmission/ways-people-get-hiv.html#:~:text=How%20is%20HIV%20passed%20from,to%20help%20prevent%20HIV%20transmission. (Diakses pada 6 Mei 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H