Lihat ke Halaman Asli

Lampu Wasiat

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terberkati jiwa si penyendiri yang piatu itu
Dan perkasa seperti karang di lautan
Tegar walau diamuk ganasnya kemalangan
Kala bualan pemimpin tak mampu mengganjal perut-perut lapar di jalan
Rasa iba telah memeluk nuraninya, meninggalkan bulat tekad

Takdir membawanya ke dalam gua
Rasanya semakin dekat dengan kemuliaan

Karena keluhan yang papa telah mendesak hatinya

meninggalkan sengal napas walau dalam tidur

Keajaiban,

Tak gentar pada sihir-sihir yang membelenggu kakinya
Ia membuang hasrat dan napsu-napsu sesat
Karena tangis kelaparan di jalan kotanya itu begitu memukul dada

Keajaiban,

"Wujudkan mimpiku, berikanlah kemuliaan pada diriku"

Aku mendengar titahmu, Tuan yang agung, yang hatinya semurni telaga di Surga

Keajaiban!

Aku membayar persetujuan dari dalam lampu itu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline