Lihat ke Halaman Asli

Cermin

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat roda waktu bergulir

Saat aku tak tahu apa yang disebut rumah

Aku merasa, ini sudah sangat dekat

Pecahan hidupku terpancar dari dalam cermin

Katakan sesuatu padaku!

Aku tahu kamu melihatku dan aku melihat melaluimu

Aku melihat luka di matamu

Aku melihat cinta yang bisu

Aku melihat banyak kesakitan

Yang selama ini berusaha kau sembunyikan

Aku melihat kemarahanmu

Namun aku tidak melihat siapapun

Melihatmu seperti aku melihatmu

Wahai cermin di dinding

Disinilah kita kini

Jatuh dan terbangun bersama lagi

Kamu adalah harta berhargaku satu-satunya

Kamu yang memberi tahuku rahasia ini

Tak ada orang lain yang akan mengerti aku

Lalu disinilah kita, berbagi, melengkapi

Aku melihat kejujuran dalam kebodohanmu

Aku melihat tak ada seorangpun di sampingmu

Tapi aku bersamamu saat kamu sendirian, bukan?

Aku melihat rasa bersalah di balik rasa malumu

Memantul-mantul melalui cermin ini

Aku melihat betapa bekas luka itu membiru

Aku melihat kamu sedang menikmati

Putaran adegan yang sekarang berkelebat di kepalamu

Wahai cermin di dinding, di sinilah kita lagi

Menghabiskan detik-detik berdua

Kamu adalah sahabatku satu-satunya

Tapi kamu mengatakan bahwa mereka kini dapat melihatku

Jadi mengapa kita disalah pahami?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline