Alkisah di dunia permayaan, hiduplah seorang gadis bernama Nalini. Ia tinggal hanya bersama ibunya di sebuah rumah yang sangat sederhana. Sekalipun hidup sederhana, namun Nalini mampu membeli sebuah laptop dengan gaji beberapa bulan yang dikumpulkannya dari hasil bekerja di sebuah butik milik kerabatnya.
Setiap malam sepulang bekerja, Nalini selalu menghabiskan waktunya di depan laptop kesayangannya. Ibunya senang melihat putrinya begitu menikmati ‘mainan' barunya itu. Dengan laptopnya itu, selain mengenal situs jejaring sosial dan dunia cicitcuit, Nalini juga mulai menggemari dunia menulis di sebuah blog keroyokan yang bernama Koplaksiana.
Belum setahun Nalini menekuni kegemarannya menulis. Ibunya pernah bertanya, tulisan seperti apakah yang disukai Nalini. Nalini menjawab ia sangat menyukai tulisan fiksi. Setiap hari Nalini belajar bagaimana menulis sebuah cerita fiksi yang bisa menarik minat pembaca. Betapa senangnya Nalini saat melihat jumlah pembacanya makin hari semakin banyak.
Nalini pun lama-kelamaan merasa jenuh menulis cerita fiksi setiap hari. Ia mulai melirik jenis tulisan lain di Koplaksiana. Rupanya ia tertarik dengan tulisan dari seorang Koplaksianer yang selalu menulis kisah-kisah inspiratif. Ia pun memperhatikan setiap tulisan yang dipublish oleh Koplaksianer ini.
Akhirnya Nalini memberanikan diri menulis sebuah kisah tentang kehidupannya yang penuh dengan cobaan. Tak disangka, tulisan Nalini mendapat banyak jumlah pembaca. Komentar yang masukpun semakin banyak. Demikian pula dengan jumlah temannya di Koplaksiana. Tanpa terasa Nalini sudah memiliki hampir 2 000 teman Koplaksianer.
Semakin percaya dirilah Nalini untuk terus menulis tentang kisah yang menyangkut kehidupan seseorang. Selain sering menulis tentang kehidupannya yang begini dan begitu, Nalini juga menulis kisah yang dialami oleh keluarganya, sahabatnya dan lingkungan sekitarnya.
Siapa menyangka tulisan Nalini semakin disukai pembaca. Setiap kali Nalini posting, selalu menarik untuk disimak. Beberapa kali tulisan Nalini masuk kolom Ha eL dan Ter-teran. Sekalipun tidak mendapat apresiasi apapun dari Admin Koplaksianer, namun Nalini tetap saja semangat untuk menulis. Tak ada yang dicari Nalini dari Koplaksiana selain kegembiraan karena bisa berbagi hal yang ia tahu. Para Koplaksianer lainnya juga menyukai tulisan khas Nalini.
Namun ternyata kegembiraan hanya beberapa saat saja. Kegemaran Nalini menulis mulai terusik saat beberapa Koplaksianer yang kerap hadir di tulisan Nalini. Para Koplaksianer ini seringkali berkomentar pedas menanggapi apapun yang ditulis Nalini.
Nalini merasa para Koplaksianer ini mungkin tak menyukai Nalini. Buktinya, apapun yang ditulis Nalini ditanggapi dengan negatif oleh mereka. Sewaktu Nalini menulis tentang kesehatan bagaimana cara agar tampil cantik setiap hari, para Koplaksianer ini langsung ‘menyerbu' tulisan Nalini.
Ada Koplaksianer yang berkomentar Nalini terlalu membanggakan dirinya yang cantik, Nalini terlalu percaya diri, terlalu mementingkan penampilan fisiknya, Nalini merasa sok pintar, sok tahu, sok bijak, tulisan Nalini hanya copas dari blog atau media lain dan komentar lainnya yang sungguh ‘menampar' Nalini. Belum lagi saat ada yang berkomentar tulisan Nalini sebagian besar minus ilmu. Isinya hanya menceritakan dirinya yang begini dan begitu. Tulisan Nalini sangat tidak penting untuk disimak.
Melihat kenyataan itu, Nalini berusaha untuk tidak terpancing emosi. Ia mencoba merenungi kata-kata para Koplaksianer itu. Muncul pertanyaan di benaknya, mengapa orang-orang ini selalu saja berusaha mencari kesalahan tulisannya, padahal Nalini tak pernah sekalipun merusuhi tulisan teman-teman Koplaksianer yang lain.