Lihat ke Halaman Asli

Peri Saputra

Guru Bahasa Indonesia

Ramadhan bersama Keluarga Tercinta (H 11)

Diperbarui: 14 April 2022   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tik..tik..tik... terdengar begitu syahdu mengalun ditelingaku, saat kupikir pendar-pendar cahaya akan menemaniku sore ini. Tidak demikian, nyatanya rintik hujan lebih dahulu turun menyirami kota kami sore ini.

Sementara angin masih beradu lirih pada waktu yang enggan tuk berpisah, sementara aku masih lirih dengan bisikan-bisikan pada kenangan beberapa hari yang tlah lalu.

Hari yang cukup berat kujalani, seperti waktu itu begitu berat untuk berlalu dan tak memiliki makna hingga aku ingin segera mengakhiri hari itu dengan begitu cepat.

Selama dua belas tahun berada di sini, tapi mengapa saat ini begitu berbeda. Semuanya terasa asing bagiku. Kupandangi lekat-lekat seluruh ruangan di sini, iya semuanya telah berbeda, beda sekali. Pada saat ku masuki ruangan itu sudah ada beberapa orang di sana, sudah ku kenal sebelumnya. Tapi kali ini benar-benar berbeda.

Semuanya seperti tak ku kenal lagi, beberapa kata, kalimat yang meluncur hingga menjadi paragraf yang rasanya begitu berat bagiku menerimanya.

Tak pernah kusangka !

Akan diungkapkan begitu dahsyatnya, meluncur bagaikan peluru-peluru yang siap menembus tubuhku!

Selama dua belas tahun disini, bahkan sekalipun tak pernah kutemui hal semacam ini, terbayangpun tidak. Astaqfirullah, Subhanallah, Allahuakbar, disela-sela cercaan kalimat yang begitu bertubi-tubi menghantamku. Terus kulantunkan istiqfar, karena memang dalam keaadan puasa. Kutakut terpancing juga dengan kalimat-kalimat itu. Setelah ketiga orang tersebut berbicara, maka akhirnya giliranku dapat kesempatan berbicara. Kusampaikan saja secara gamblang tentang pemikiran-pemikiranku.

Aku memahami betul, jika kuteruskan kalimat-kalimat dari ku, Maka akan terjadi perebutan kesempatan untuk berbicara. Masih teringat jelas apa yang diungkapkan oleh Imam Syafi'i :

" Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline