Lihat ke Halaman Asli

Menertawakan Komunisme dengan Elegan

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14144727062033242602

Menertawakan Komunisme dengan Elegan



Judul Buku : The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window andDissappeared

Penulis: Jonas Jonasson

Penerjemah: Marcalais Fransisca

Penerbit: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka). Diterbitkan pertama kali oleh Piratförlaget, Swedia, 2013

Cetakan: Pertama, Mei 2014

Tebal: 508 halaman

ISBN: 978-602-291-018-3

Bagaimana jika komunisme kita pandang dari sudut yang lain, dari sisi yang tak tampak mengerikan, namun sebagai teman duduk bersama untuk menertawakan kehidupan? Ditulis oleh seorang yang (tampaknya) pernah merasa lelah dengan phobia orang-orang akan komunisme, JJ (Jonas Jonasson) yang pernah menjadi seorang wartawan dan kemudian sukses mendirikan perusahaan konsultan media dan produksi televisi tampaknya ingin mengajak dunia untuk coba ‘tertawa’ bersama komunisme. Dengan tokoh utama Allan Karlson yang tingkat kecerdasannya setara dengan tokoh ‘Forrest Gump’, Anda akan diajak berkelana menguntit geliat komunisme mulai dari Spanyol, Polandia, Uni Soviet, Tiongkok, Perancis, Indonesia, sampai dengan kegatalan Amerika yang sangat ingin menghilangkan komunisme dari muka dunia.

Petualangan seru itu dimulai dari kebosanannya sebagai lansia yang tinggal di Rumah Lansia. Ia hanya punya waktu satu jam sebelum pesta ulang tahun keseratus tahunnya dimulai. Wali Kota akan hadir, Pers akan meliput, seluruh penghuni Rumah Lansia juga akan ikut merayakan, termasuk Direktur Alice yang selalu ingin ‘membunuhnya’ dengan aneka peraturan. Justru yang berulang tahunlah yang tak berniat dengan pesta itu, memutuskan keluar lewat jendela, dan lari dari semuanya. Petualangannya dimulai ketika ia tanpa sengaja ‘membawa lari’ sebuah koper milik salah seorang anggota geng penjahat ‘Never Again’ yang ternyata berisi uang lima puluh juta krona (hal. 8). Ia yang semula hanya berniat melarikan diri dari parayaan umur keseratus tahun, malah justru kembali membuka pintu masa lalunya yang tak terduga. Allan memainkan peran kunci di balik berbagai peristiwa penting pada abad kedua puluh.

Allan begitu lihai ‘menyusup’ dalam sejarah, hingga bagi Anda yang paham pasti akan langsung tertawa. JJ begitu lihai menyisipkan fiksi dalam fakta sekaligus berusaha menertawakan tokoh-tokohnya melalui Allan. Anda mungkin juga akan merasakan kejengkelan seperti yang dirasakan Jaksa Ranelid saat menguntit kasus pembunuhan yang dicurigai Allan lah biangkeroknya dengan sikap Allan yang cuek dengan pergolakan politik di sekitarnya.

Yang menjadi kelemahan novel ini adalah bahwa semua petualangan itu seolah berjalan dengan keberuntungan-keberuntungan yang seharusnya mustahil terjadi. Seperti yang pernah diucapkan mendiang ibu Allan bahwa segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apa pun yang akan terjadi, pasti terjadi. Namun ini pun sebenarnya teratasi dengan penokohan Allan yang kuat, dengan gaya lugu namun kadang terkesan cerdas.*

(Diresensi oleh Nur Hadi, penulis yang tinggal di Desa Banyuputih, Kalinyamatan, Jepara)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline