Lihat ke Halaman Asli

Berhaji & Umrah dengan Perencanaan Keuangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13285772771746773109

[caption id="attachment_159575" align="alignright" width="269" caption="1/3 royalti dari buku ini disumbangkan ke ArRIJAL Foundation untuk pemberdayaan ekonomi syariah & life skill (pendidikan informal luar sekolah)"][/caption]

Anda Ingin Mewujudkan Cita-cita Berhaji? Ikuti 5 langkah Perencanaan Keuangan berikut;

Hari Raya Idul Adha menjadi kesan tersendiri bagi umat Islam. Betapa tidak, selain fokus perhatian pada peristiwa perayaan kurban dimasing-masing daerah, juga pandangan diarahkan ke Baitullah dan sekitarnya, dimana pelaksanaan haji sedang dilangsungkan. Jika Anda merindukan dapat mengunjungi baitullah. Berikut 5 langkah perencanaan keuangan umrah (cara ini juga bisa digunakan untuk merencanakan keuangan haji, kurban, mudik, investasi pendidikan anak, modal usaha, dll)

Dari tahun ke tahun, antusiasme masyarakat Indonesia untuk berhaji semakin tinggi, terutama di kalangan taraf ekonomi mapan. Hal ini terlihat dari daftar waiting-list haji yang sudah penuh hingga dua atau empat tahun ke depan. Pendaftaran calon haji tahun 2010 dialokasikan untuk keberangkatan tahun 2012 sampai 2014. Artinya, pendaftar haji tidak akan bisa langsung merealisasikan niatnya ke Tanah Suci (kecuali Allah menghendaki lain, termasuk upaya memanfaatkan kuota ONH Plus).

Perjalanan haji banyak memberikan kesan, rasa penasaran, dan menarik diceritakan. Betapa tidak, “undangan spesial” tersebut menaruh kesan tersendiri bagi setiap orang. Secara garis besar, yang berhaji itu dibagi dalam 3 kelompok;

Kelompok pertama, berangkat dengan visa umrah dan menyengaja melampaui batas waktu ijin tinggal, atau datang untuk bekerja ilegal dan mengumpulkan uang sampai musim haji tiba. Setelah ikut ritual haji, mereka sengaja menghilangkan semua identitas termasuk paspor dengan harapan dapat berurusan dengan pihak berwajib atau tertangkap. Ada yang sampai berurusan dengan penjara. Akhirnya mereka dipulangkan oleh pemerintah Arab Saudi ke pemerintah negara masing-masing jika tidak bisa pulang sendiri.

Kelompok kedua, ialah yang suka disebut haji koboy. Jamaah haji ini tidak terdaftar sebagai Jamaah Haji, dulu sebelum diberlakukan paspor hijau, jamaah dari Indonesia menggunakan paspor hijau. Mereka yang dari daratan Arab Saudi dan sekitarnya, mereka memasuki kota Makkah tidak melalui check point. Mereka tidak lewat jalan biasa, tapi menerobos melalui “jalan tikus” untuk menghindari aparat. Tujuan utama Kota Makkah, jika sudah masuk kota Makkah lebih bisa leluasa baik ke Arafah atau Mina. Pengamanan tidak terlalu ketat untuk masalah administrasi.

Kelompok ini konon menghabiskan biaya 600-700 reyal untuk menjadi haji, mungkin dengan cara patungan untuk nyewa transportasi, mencari pondokan murah atau membuat tenda sendiri. Kalaupun ditangkap aparat, paling disuruh balik ke tempat asalnya, sepertikelompok yang ketiga

Kelompok ketiga, jamaah haji resmi dan mendaftar. Artinya terdaftar di Kementrian Urusan Haji Arab Saudi sebagai Jamaah Haji, makanya sebelum masuk kota Makkah, ada pemeriksaan ketat terhadap semua yang akan memasuki kota Makkah.

Pemeriksaan kelengkapan surat surat orang per orang dicek dengan teliti, diperiksa ulang dengan menghitung jumlah penumpang bis atau penumpang kendaraan lainnya. Segera ketika memasuki kota Makkah, pasti berurusan dahulu dengan kantor Maktab, dimana semua Jamaah Haji yang terdaftar, diberi semacam kartu KTP, Kartu Maktab. Dan kantor Maktab inilah yang akan mengurus segalanya, pokoknya semua keperluan Jamaah Haji, mereka yang mengurus. Beberapa Maktab tergabung dalam satu Muassassah.

Untuk Jamaah Haji jenis ini, pelayanannya sudah disediakan, baik pemondokan, transportasi, tenda,makanan dibeberapa tempat, urusan barang bawaan, bahkan pelayanan gratis untuk urusan kesehatan.Untuk menjadi jamaah haji resmi, bahkan penduduk Arab Saudi sendiri dan juga pemukim di Arab Saudi, harus mendaftar. Mereka boleh berhaji hanya setiap 5 tahun, dan untuk keperluan berhaji ini, rata rata dibutuhkan antara 2000-3000 reyal per kepala.

Kelompok ketiga tersebut yang akan dibahas dalam tulisan ini. Umumnya kelompok ketiga ini mempersiapkan haji secara terencana, walaupun pada prakteknya tak sedikit rencana dilakukan secara spontan, yakni dilakukan tidak dengan target waktu dan investasi sesuai perhitungan. Artinya dana yang disisihkan dan investasi yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah perencanaan keuangan. Ada juga keinginan yang begitu besar namun tidak tahu harus bagaimana mewujudkannya, sehingga harapannya “berhaji gratis” atau dapat hadiah dengan melakukan amalan-amalan tertentu. Kedua kompok ini masuk kategori berhaji dengan rencana namun spontan.

Nah, kali ini bahasan lebih spesifik pada haji yang terencana dengan langkah-langkah perhitungan yang rinci, baik dari kesiapan keuangan, waktu, bentuk investasi, maupun langkah-langkah perencanaan keuangan yang lazim digunakan profesional membantu kliennya mewujudkan salah satu tujuan keuangan. Mudah-mudahan langkah ini dapat membantu masyarakat membuka paradigma cara berhaji.

Kalau diperhatikan,dahulu saudara-saudara kita pergihajidengan menjual tanah, emas, atau hewan ternak. Kareanya, mereka pun sibuk mengumpulkan ketiga jenis barang tersebut yang secara langsung telah dianggap sebagai investasi. Ya, tanah, emas, dan hewan ternak dapat dikatakan sebagai investasi karena memiliki nilai (finansial) yang senantiasa naik atau setidaknya tidak habis dimakan waktu. Lantas bagaimana berhaji & umrah dengan perencanaan keuangan? Berikut lima langkah perencanaan keuangan yang dapat Anda ikuti untuk mulai berinvestasi haji (dapat juga digunakan untuk perencanaan umrah dan investasi lainnya).

Langkah 1

Tentukan tujuan dengan rinci. Hal ini menyangkut waktu, biaya, dan berbagai hal lain terkait program haji & umrah (misal, oleh-oleh untuk sanak keluarga di Tanah Air). Buatlah visualisasi goal (tujuan) yang jelas semisal di tahun 2015 ingin melaksanakan umrah safari dan lima tahun kemudian berhaji. Selain itu, tentukan juga budgeting (anggaran biaya), semisalongkos naik haji (untuk embarkasi Jakarta) pada tahun 2009 M/1430 H yang lalu adalah $US 3.444 ditambah Rp. 100.000,-. Dengan asumsi nilai satu dolar sama dengan Rp. 10.500,-, maka total biaya yang diperlukan mencapai Rp. 36.262.000,-. Tahun sebelumnya (2008), ongkos naik haji adalah $US 3.430 ditambah Rp. 501.000,-. Dengan asumsi nilai satu dolar sama dengan Rp. 9.500,-, maka total biaya yang dierlukan mencapai Rp. 33.086.000,-

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kisaran dana haji (dalam rupiah) saat ini adalah sebesar Rp. 35.000.000,- untuk biaya penyelenggaraan haji dan Rp. 15.000.000,- untuk biaya tambahan (proses mulai dari berangkat ke Tanah Suci hingga kembali lagi ke Tanah Air). Jadi, total biaya haji per orang diperkirakan Rp. 50.000.000,- (untuk haji reguler) dengan memperhitungkan inflasi atau kenaikan biaya setiap tahunnya rata-rata 10%, tentunya beberapa tahun kedepan tidak sama lagi.

Komponen biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu US$ untuk tiket pesawatnya dan Saudi Riyal untuk biaya hidup selama di sana. Karena uang kita Rupiah, maka perencanaan ibadah haji menggunakan uang Rupiah mempunyai setidaknya dua masalah, yaitu faktor inflasi (kenaikan harga-harga konsumsi) dan faktor nilai tukar.Karena dua faktor inilah maka biaya ibadah haji kita dalam Rupiah memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ketahun. Untuk itulah diperlukan kecerdasan finansial dalam berinvestasi.

Langkah 2

Lihat situasi keuangan saat ini. Pada tahap ini, berusahalah untuk realistis dengan melihat berapa dana yang bisa disisihkan secara rutin untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Jika dana yang disisihkan terlalu kecil, maka solusinya hanya ada dua. Pertama, meningkatkan kinerja investasi lebih tinggi (dari yang diperhitungkan di langkah 3) dan kedua, menambah waktu investasi (menunda tujuan). Begitu pun jika hasil yang diharapkan (keuntungan investasi) kurang dari yang diharapkan (seperti yang diperhitungkan di langkah 3), maka tidak lain solusinya adalah dengan menaikan jumlah dana yang disisihkan untuk investasi atau menambah waktu investasi.

Langkah 3

Menghitung dan mempersiapkan investasi. Misalnya setelah menyusun seluruh keperluan sesuai langkah 1, diperkirakan dana yang dibutuhkan mencapai Rp. 50.000.000,-. Jika biaya tersebut naik rata-rata 10% setiap tahunnya (angka ini tidak mutlak, bisa lebih besar/ lebih kecil. Diambil dari rata-rata), maka 10 tahun kemudian dana yang dibutuhkan menjadi sebesar Rp. 129.687.123,-.

Kita memang tidak bisa memperkirakan dengan pasti berapa jumlah biaya haji/ umrah 10 tahun ke depa. Yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan asumsi tertentu dan berharap supaya pengandaian tersebut tidak meleset. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan asumsi bahwa setiap tahun biaya haji/ umrah akan selalu naik 10%. Dengan demikian, kalau biaya pada saat ini adalah Rp 50 juta, tahun depan bisa diperkirakan bahwa uang tersebut akan menjadi Rp55.00.000,. Dari mana angka itu didapat? Gampang: Rp50 juta + (10% x Rp 50 juta)

Sebetulnya, selain cara tersebut, Anda juga bisa memakai rumus: Rp50 juta x 1,1. Lho, kok 1,1? Dapat dari mana itu? Oh, itu sih cuma matematika sederhana. 1,1 kan sama dengan 10% di atasnya 100%. Jadi, 1,1 itu adalah bentuk desimal agar Anda lebih cepat dalam melakukan perkalian memperkirakan jumlah kenaikan 10%, jika 20% per tahun, Anda bisa menggunakan bentuk desimal 1,2. Jika 30% per tahun, gunakan bentuk desimal 1,3 dan seterusnya. Namun perlu dicatat bahwa angka tersebut baru 1 tahun, bila lebih dari 1 tahun maka harus dikalikan sebanyak jumlah tahunnya, dalam istilah matematika disebut pangkat.

Dapat juga menggunakan rumus inflasi (kenaikan biaya/ harga); (1+k)ⁿ

k = kenaikan biaya yang diperkirakan (bulanan/ tahunan)

n = pangkat jumlah waktu (bulan/ tahun)

Penjelasan; Misal untuk kenaikan biaya 5 tahun ke depan dengan rata-rata 10% per tahun, maka (1+0,1) x (1+0,1) x dst (5 kali) atau (1+0,1) pangkat 5. Maka akan didapat faktor pengkali 1,61, artinya jika seluruh biaya yang dihitung saat ini diperkirakan naik 10% per tahun, 5 tahun kedepan menjadi naik 1,61 kali. Atau menggunakan kalkulator biasa dengan memijit angka dasar kenaikan 1,1, kemudian pijit xatau kali, dan pijit = atau sama dengan (sesuai jumlah waktu kenaikan bulanan/ tahunan, dikurangi 1 kali), contoh untuk kenaikan 10% (angka dasar 1,1 =100%+10%), untuk 5 (lima) tahun cukup pijit 1,1 kemudian pengkali dan sama dengan 4 kali.

Setelah mendapat jumlah dana yang harus dicapai, maka langkah selanjutnya adalah menentukan berapa dana yang harus disisihkan. Ada dua cara yang dapat kita ambil, yaitu sekaligus bayar di muka (lump-sum) atau dicicil. Contoh, jika perkiraan dana yang dibutuhkan adalah Rp. 130 juta untuk 10 tahun kedepan. Bila keuntungan investasi yang akan diperoleh diperkirakan 30% setahun, maka pada awal tahun dana investasi yang harus disediakan adalah kurang lebih Rp. 9,5 juta atau dicicil Rp. 3,5 juta per tahun (Rp. 260 ribu per bulan.

Angka tersebut didapat dengan membagi perkiraan jumlah biaya dimasa yang akan datang (130 juta)menggunakan rumus pembagi investasi rutin (bulanan/tahunan)[(1+k)ⁿ -1] : k atau investasi lump sum (1+k)ⁿ

k = keuntungan investasi yang diharapkan (bulanan/tahunan)

n = pangkat jumlah waktu (bulan/tahun)

Atau menggunakan kalkulator biasa dengan memijit angka dasar keuntungan 1,3 (1+30%) kemudian pijit x(kali) dan pijit = (sama dengan) sesuai jumlah waktu (bulanan/ tahunan) dikurangi 1 lalu dibagi 0,3 (30%). Contoh untuk keuntungan30% (angka dasar 1,3 =100%+30%), untuk 10 tahun cukup pijit 1,3 kemudian kali, lalu pijit sama dengan 9 kali, kemudian kurang dengan angka 1 dan bagi dengan 0,3 (keuntungan 30%) serta akhiri dengan pijit sama dengan.

Untuk investasi lump sum (sekaligus), untuk mendapat angka pembagi caranya sama dengan mendapat angka pengkali pada inflasi, hanya % (prosentase) yang digunakan adalah keuntungan investasi untuk waktu yang akan datang. Angka inilah yang dijadikan sebagai pembagi perkiraan jumlah biaya dimasa yang akan datang, angka ini dijadikan patokan pada awal tahun dana investasi yang harus disediakan.

Langkah 4

Implementasi investasi. Memilih produk investasi merupakan langkah penting setelah mengantongi prosentase keuntungan yang harus dicapai dan jumlah dana yang harus atau siap disisihkan. Produk keuangan yang dipilih (baik tabungan, deposito, emas, reksadana, obligasi, saham, dan lain sebagainya) harus sesuai dengan target keuntungan dan jumlah minimal setoran. Misalnya jika tertarik pada deposito tapi jumlah yang disisihkan per bulan tidak memenuhi syarat, maka Anda harus mencari alternatif produk lainnya. Demikian pula halnya ketika jumlah yang disisihkan sesuai dengan syarat instrumen investasi namun keuntungan yang diharapkan tidak sesuai, maka Anda harus mempertimbangkan ulang pilihan produk tersebut. Hal ini dikarenakan Anda harus menambah jumlah dana yang disetor jika tujuan ingin tercapai.

Cara ini tidak berlaku untuk bentuk lain perencanaan haji, semisal MLM (Multi Level Marketing) Haji-Umrah, Asuransi Haji, Dana Talangan Haji, dan lain sebagainya.

Langkah 5

Lakukan evaluasi dengan membandingkan hasil kinerja investasi dengan target yang diharapkan. Jika terjadi ketidaksesuaian, segera lakukan koreksi atau penyesuaian, baik merubah jumlah setoran atau mencari alternatif investasi lain yang sesuai dengan target dalam perencanaan. (Agus Rijal, S.E., Perencana Keuangan Syariah Independen. Email; RIJAL1807@gmail.com. Tlp 022-7678.5577, 0265-919.5577)***

artikel ini sudah dipublikasi diberbagai media, salah satunya;

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=161261

http://majalahpercikaniman.blogspot.com/

Kalau rumah atau mobil saja dapat dicicil, kenapa haji tidak?

Haji bisa kita cicil dengan menyisihkan Rp. 100.000,- per bulan. Ya, biaya haji bisa mulai kumpulkan dengan uang sebesar Rp. 100.000,- asal diniatkan, direncanakan, dan diimplementasikan dari sekarang. Investasi bisa dimulai dari emas dengan return 18-20% per tahun dan diperkirakan berangkat 20 tahun kemudian. Jika sekarang usia menginjak 30 tahun, maka direncanakan Anda akan berangkat haji di usia 50 tahun. Kalau ingin berangkat lebih cepat atau lebih pendek periode investasinya, Anda dapat mencari keuntungan >20% per tahun atau jumlah dana yang harus disisihkan lebih besar lagi. Investasi dengan keuntungan lebih besar di atas 20% yang dapat Anda pilih adalah reksadana dengan jenis investasi campuran atau saham, obligasi dan saham, atau wirausaha. Jika Anda berminat pada investasi reksadana saham dengan return 30-35% per tahun, maka diperkirakan dana dapat terkumpul dalam waktu 10 sampai12 tahun kemudian.

Untuk memulai berinvestasi, Anda tidak memerlukan keahlian dan pengetahuan yang luas. cukup menyisihkan secara rutin dari waktu ke waktu atau disebut dengan metode dollar cost averaging. Saat ini, untuk lebih menentramkan hati, Anda juga bisa berinvestasi dalam bentuk reksadana saham syariah dengan keuntungan rata-rata sekira 35% setahun. Prosesnya tergolong mudah yaitu dengan metode auto-debet rekening bank atau transfer ATM setelah sebelumnya mendaftarkan diri langsung ke manajer investasi di Jakarta (bisa melalui pos/kiriman kurir, faximili, e-mail, atau telepon.

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=132651

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline