Lihat ke Halaman Asli

Sang Pembebas dan Si Penyair

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu: Di kotamu, pagi yang berembun aku taruh gelas hangat kopi tanpa racun warang. Membangunkan Tubuh kaku di bawah gelantungan Mentari Hunusan Lelaki ke atas Tawa kesakitan tiada di batas nafas nafas cemburu Kau masih tidak bangun lapar Kotamu semakin panas, aku pulang Dua: Catatan Pendek (Lama) diganti. UNTAIAN CATATAN (Pendek) Salam Rindu Kita ....... Tiga: UNTAIAN CATATAN (Pendek) Sedang apa kamu ? Menyulamkan bentuk impian lagi. Menyimpan keindahan yang pernah merobek robek nikmat badani Kau tusuk kain Kau jahit ikat Kau cari warna Lalu, maknawi ... akan tersimpan. Untukku saja cukuplah Empat: Jari jemari tangan yang sedang Menyanyikan duka .... di Kesenyapan Batiniah Terhibur ....... (kah) Aku dengar aku dengar ..... diammu aku dengar Kecup dingin mulutku Segenggam jika kau mau rekuh Jawaban: Satu: Jeda! Begitu amuk suara itu selalu.. Melangkah seribu diam.. Bergerak setenang keong.. Ruang nafas tertatih tersengal.. Bagai motor bertikai.. Lemahnya kata hati melolong.. Lara terbang meninggi.. Tapaknya sisakan jejak kosong.. Sampai tak tahu duka atau suka yang terasa.. Dua: Biarlah kau tak peduli Sayatan jiwa teriris pedih Walau kering terluka tangis mengetas Walau basah sembab mata rinai senyum menanti Sungguh rindu tak tertahan Seorang pelengkap hidup semesta maya

Untaian kata-kata indah dari negeri maya seberang menyeberang

di lautan kata-kata Sang Pembebas dan Si Penyair

pic from google ne mbah'e

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline