PENERAPAN SIKLUS NILAI-NILAI ISLAM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Didalam kehidupan pastinya tidak luput dari nilai-nilai keagamaan yang akan menjadi tolak ukur kehidupan seseorang dan menentukan jalan hidup seseorang. Nilai islam adalah salah satu kepribadian yang ditanamkan oleh umat islam, karena menjadikan seorang mukmin sebagai manusia yang taat sesrta patuh terhadapnya (allah SWT).
Bermula berdiskusi kecil tentang Islam. Pada saat itu yang dibicarakan soal-soal ibadah, hukum sesuatu tentang kegiatan dan jenis makanan, hingga berlanjut soal kegiatan yang harus dilaksanakan. Tatkala sampai pada wilayah kegiatan yang bernuansa modern itu, maka timbul pertanyaan tentang relevansi Islam terhadap kegiatan yang dianggap sebagai bersifat duniawi dimaksud. Pesera diskusi kecil dan bersifat informal itu kemudian menanyakan letak relevansi Islam dengan kegiatan modern itu.
Rupanya, membawa Islam ke dalam kegiatan sederhana itu dirasakan menjadi tidak mudah tatkala sudah masuk wilayah yang dianggap bukan bagian agama. Sebuah persoalan dianggap sebagai wilayah agama manakala menyangkut jenis kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, berdoa, dan sejenisnya. Atau, juga menyangkut sesuatu yang harus ditinjau dari aspek hukum atau fiqh. Misalnya, benda tertentu hukumnya halal atau haram, kegiatan itu sunnah, mubah, atau makruh, wajib atau tidak, dan sejenisnya. Di luar wilayah itu disebut bukan bagian dari agama atau Islam.
Agar Islam sebagaimana sifatnya, menjadi tetap relevan dengan kehidupan modern, maka yang diperlukan adalah menangkap makna Islam itu sendiri dalam kontek yang luas, seluas wilayah kehidupan itu sendiri. Hal demikian itu sebenarnya mudah, tetapi tidak semua orang berani melakukannya. Kekhawatiran itu juga tidak selalu salah, makakala dilihat dari aspek psikologis, ialah bahwa dalam hal yang menyangkut agama atau keyakinan, maka harus dilakukan dengan kehati-hatian.
Akan tetapi, manakala selamanya tidak ada keberanian keluar dari mindset yang sehari-hari mewarnai kehidupannya, maka juga tidak akan diperoleh jawaban tatkala menghadapi perubahan kehidupan yang semakin cepat seperti yang terjadi sekarang ini. Akibatnya, hingga persoalan mencari relevansi Islam dengan kegiatan proyek saja dianggap sulit. Bahkan yang lebih fatal lagi, sikap itu memunculkan anggapan bahwa, Islam tidak ada kaitannya dengan kehidupan modern. Padahal Islam disebut bersifat universal, dan oleh karena itu, selalu memiliki relevansi dengan zaman apapun.
Lewat diskusi sederhana dan bersifat informal itu akhirnya ditemukan pandangan bahwa, Islam mengajarkan tentang niat. Dalam kegiatan atau memilih apa saja, Islam memberikan tuntunan======tidak terkecuali mengerjakan kegiatan, harus dikerjakan dan memilih yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan sabar, ikhlas, istiqomah, penuh amanah, harus tawakkal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat Yang Maha Kuasa yaitu ALLAH SWT.
Nilai-nilai tersebut, sudah barang tentu, akan sangat relevan dengan berbagai kegiatan atau proyek apapun. Kegiatan proyek yang dikenal sebagai bersifat modern, seharusnya dijalankan dengan niat yang bersih, yakni dijadikan bagian dari pengabdiannya kepada Tuhan. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampak baik, tetapi manakala niat mengerjaannya buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh melakukan pekerjaan buruk diniati untuk memperoleh kebaikan.
Akhirnya, melihat dari aspek niat itu saja, yang harus dilakukan dengan tepat, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu ada relevansinya dengan Islam. Artinya, Islam harus dihadirkan di dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan ibadah atau melihat sesuatu dari aspek fiqhnya, melainkan akan menjawab perbagai persoalan luas secara tidak terbatas yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan siapapun, di manapun, dan kapanpun. Maka, sebuah proyek disebut telah dikerjakan secara Islami manakala diawali dengan niat yang tepat, dikerjakan dengan jujur, sabar, ikhlas, istiqomah, memilih pendekatan atau cara terbaik, hingga akhirnya pekerjaan itu disebut sebagai sebuah amal shaleh Yang mengantarkan kepada surganya allah SWT. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H