Lihat ke Halaman Asli

Perdhana Ari Sudewo

Pemulung Ilmu

Hidup Hanya Sekadar Menjalani "Urip Mung Sak Dremo Nglampahi"

Diperbarui: 27 Desember 2021   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semalam diskusi dengan seorang teman, sekaligus guru tentang dunia pekerjaan juga kehidupan. Intinya sang temen melihat yang dilakukan di kantornya masih hanya sekedar seremonial dan formalitas, istilah keren sekarang adalah pencintraan. 

Semua yang dilakukan belum menyentuh esensi, intinya inti, apalagi bicara keterkaitan antar kegiatan, keberlanjutan antar programs, sangat jauh panggang dari api. 

Diskusi berlanjut sampai menyentuh pada sisi idealisme, bicara terkait berapa waktu yang harus terbuang percuma, dan berapa energi yang akan sia-sia tidak menghasilkan kebaikan bagi sesama apabila hal tersebut masih berlanjut.

Disisi lain, ada suara yang muncul dan mengingatkan bahwa kita ini masih ada di dunia, dan teringat salah satu falsafah jawa "ojo gumuman" selama masih hidup di dunia. 

Ada segala macam isi dunia ini, dari yang kiri sampai kanan, dari yang disukai sampai yang dibenci, dan dari yang sangat baik sampai sangat tidak baik. Mengharapkan dunia berjalan sesuai dengan harapan hanyalah akan mendatangkan keputus asaan yang tiada bertepi. 

"Urip mung sak dremo nglampahi", hidup hanya sekedar menjalani dan menjalankan perintahipun Gusti. Ingat salah satu pesan dari sang guru, "sing penting awakmu dadi wong apik, sing penting tugasmu wis mbok lakoni kanti sae", setelah itu biarlah Tuhan dan sistemnya yang bekerja.

Kita hidup dalam sebuah sistem yang memang diciptakan sebagai tempat ujian. Layaknya sebuah ujian, akan ada banyak hal yang akan ditemui dan harus dikerjakan (diselesaikan) sebelum nanti diumumkan lulus atau tidak ujiannya. 

Justru kita harus bertanya apabila lama tidak menemui ujian itu, atau bertanya kenapa selalu bahagia dan tidak menemui kesedihan, atau bertanya kenapa selalu mudah dan tidak pernah menemui kesulitan. Jangan-jangan kita tidak akan naik kelas dalam hidup ini, karena kenaikan kelas itu identik dengan ujian. 

Dan ketidakselarasan antara idealisme dengan kenyataan, bisa jadi itu juga bagian dari ujian untuk "menaikkan kelas" teman saya tadi. Sang guru tadi juga bicara, "sing penting dilakoni disik, sing penting kowe dadi wong apik", masalah hasil biarkan Tuhan yang menentukan karena itu prerogatifNya. 

Selama Tuhan masih menempatkan kita di suatu tempat, pasti ada tujuan Tuhan untuk kita, jadi ya kembali ke falsafah jawa "urip mung sak dremo nglampahi".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline