Lihat ke Halaman Asli

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Perdana Wahyu Santosa Lembaga Kajian Independen Sabang Merauke Circle (SMC) Bidang Ekonomi dan Keuangan menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia atau PDB akan dipengaruhi oleh kondisi moneter dan fiskal global khususnya negara-negara kawasan AS dan Eropa. Begitu juga kawasan Asia, terutama ekonomi Jepang, Korea dan China serta Timur Tengah. IMF memprediksi akan terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar-0,2% sementara ekonomi Asia melemah -0,3% .  Secara umum penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan Asia sendiri. Perekonomian global sendiri diprediksi melemah dari 4,6% menjadi 4,0%. Kawasan Euro lebih parah lagi karena pertumbuhan ekonominya diprediksi hanya sekitar 0,9-1,1% saja. Itupun dengan catatan paket solusi komprehensif  pada 23 Oktober 2011 mendatang terhadap krisis utang dan ekonomi di Eropa memperlihatkan hasil positif. Namun Jerman sudah memberikan sinyal bahwa solusi rekapitalisasi perbankan Eropa tidak dapat dihasilkan dari solusi tersebut. Apabila penyelesaian krisis keuangan Eropa semakin berlarut-larut maka pemulihan ekonomi global semakin tidak menentu. Risiko lain muncul dari China yang mana indikator ekonominya menujukkan pelemahan sistematis dan lembaga pemeringkat dunia, Moody's, telah meperingatkan negara-negara dengan rating AAA agar lebih disiplin dalam mengelola fiskalnya. Dengan adanya pelemahan sebesar 0,2% akibat krisis global maka pertumbuhan PDB kita pada 2012 berkisar 6,3-6,5%. Sebuah angka pertumbuhan yang cukup baik, saya pikir. Dengan dukungan fundamental dan indikator makro maupun mikro yang baik maka target pertumbuhan tersebut dapat dicapai. Namun pemerintah harus terus menjaga stabilisasi moneter dengan disiplin terutama volatilitas nilai tukar USD-IDR pada kisaran 8500-8800. Penurunan inflasi pada 2012 juga harus dimanfaatkan BI untuk memangkas tingkat BI rate hingga level 6,00-6,25%. Hal ini penting dilakukan untuk memberikan insentif bagi pelaku bisnis riil sehingga lebih kompetitif dalam menghadapi krisis global. Dana asing diprediksi akan masuk (capital inflow) melalui FDI dan/atau portofolio efek di pasar finansial Indonesia. Namun karena mikrostruktur pasar BEI yang kurang sehat dan pengawasan dari Bapepam-LK yang belum optimal, maka dikhawatirkan dana capital inflow tersebut akan menciptakan risiko penggelembungan aset (bubbling) di pasar modal. Dana capital inflow tersebut akan mengeram sementara saja menjadi hot money yang sewaktu-waktu dapat menciptakan sudden reversal. Hal ini membuat pasar finansial Indonesia menjadi sangat fluktuatif dan tentunya akan menciptakan risiko investasi yang tinggi. Selain itu otoritas moneter juga akan kewalahan mengendalikan nilai tukar IDR-USD akibat risiko bubble ini. Sabang Merauke Circle- Bidang Ekonomi dan Keuangan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline