Lihat ke Halaman Asli

Turunnya BI rate 50 bps, Perkuat Ekonomi Nasional

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semula saya mengestimasi penurunan BI rate hanya 25 bps pada November-Desember 2011 ini, dan akan kembali diturunkan sebesar 25 bps pada Januari-Februari 2012. Kebijakan ini lumrah saja, karena tren penurunan bunga acuan dilakukan di berbagai belahan dunia untuk mengantisipasi dampak krisis global dan terbukanya ruang karena inflasi Indonesia hanya 4,42%. Namun di luar dugaan, BI mengambil langkah berani dengan menurunkannya sekaligus 50 bps menjadi 6,0%. Jadi dalam 3 bulan terakhir ini, BI telah menurunkan BI rate hingga 75 bps.

Ororitas moneter BI tampaknya ingin memberikan sinyal kepada pasar bahwa preferensi risiko (risk country) Indonesia terus menurun dengan harapan investor lebih yakin terhadap peluang investasi di pasar finasial maupun sektor riil. Dengan penurunan yang sangat besar tersebut tampaknya BI ingin menunjukkan (signalling) juga kepada pelaku ekonomi bahwa risiko indikator makroekonomi Indonesia tak perlu diragukan lagi dalam 1-2 tahun mendatang. Bank Dunia, melalui Regional Manager Asia Timur dan Pasifik, Samia Msadek mendukung keputusan BI tersebut.

Hampir seluruh bank sentral global mengubah suku bunga acuannya dengan tujuan memberikan keandalan dan kesempatan tumbuh perekonomian domestiknya sebagai bentuk ketahanan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipicu melalui transaksi antar negara namun penguatan pertumbuhan pasar domestik juga sangat penting untuk ditingkatkan. Dengan tingkat inflasi 4,42% maka real interest menjadi 1,58%. Ini merupakan hal yang positif tentunya karena masih lebih baik dibandingkan dengan real interest Cina yaitu 1,06% saja.

Intinya pemangkasan BI rate ini dapat dijadikan pendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus memupuk keyakinan investor global terhadap indikator makroekonomi nasional. Bahkan tingkat return SUN Indonesia sudah di bawah Italia yang mencapai 6,7% dalam lelang terakhirnya.

Apakah Bunga Kredit Segera Turun?

Lambatnya penurunan bunga kredit dalam merespon penurunan BI rate hingga 75 bps merupakan persoalan klasik perbankan nasional kita. Pengalaman empirik mengatakan bahwa penurunan BI rate tidak akan direspon cepat oleh perbankan kita dengan berbagai alasan klasik. Lambatnya penurunan ini salah satunya disebabkan oleh tingkat efisiensi dan kualitas manajemen yang terbatas. Padahal penurunan bunga kredit sangat diperlukan karena pada triwulan 1 dan 2 tahun 2012 diprediksi ekonomi kita akan melemah karena krisis global.

Penurunan suku bunga seharusnya merupakan komitmen perbankan dalam menjaga ketahanan sektor riil. Apalagi keuntungan perbankan sudah cukup tinggi. Betapa tidak, Net Interest Margin (NIM) perbankan nasional mencapai kisaran 5,7-6,0% dengan return on asset (ROA) hingga 3%. Sedangkan perbankan international memiliki rerata NIM 3% dan ROA 1% saja. Selain itu gaji plus bonus eksekutif perbankan nasional termasuk overpaid jika dibandingkan dengan nilai tambah bagi sektor riil.

Perdana Wahyu Santosa (www.imq21.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline