Oleh: Mahbub Ulhaq
Tentu saja tidak, tuan.
Tuan pasti mengerti bahwasanya setiap kegiatan, apapun itu, memerlukan pemikiran yang terencana. Mulai dari aktivitas yang kelihatan sepele, hingga aktivitas yang memang memerlukan persiapan matang. Semua itu memerlukan perencanaan, entah tuan sadari atau tidak keberadaannya.
Saya ambil contoh sederhana saat tuan akan berangkat menuju ke tempat kerja. Sebelum berangkat, saya yakin tuan pasti telah menyusun rencana keberangkatan. Mulai dari jam berapa akan berangkat, pakaian apa yang akan dikenakan, hingga jalan mana yang akan dilalui. Semua itu telah tersusun dengan baik dalam sel-sel mikro berwarna kelabu sebelum menjelma menjadi sebuah aktivitas rutin. Sayangnya, apa yang sudah menjadi kebiasaan dalam jangka panjang dapat melamurkan rencana, padahal ia selalu disana menemani rutinitas harian yang tuan lakukan.
Itu baru perencanaan dalam ruang lingkup keseharian. Bagaimana lagi dengan aktivitas dalam skala yang jauh lebih besar? Pernikahan anak tuan misalnya. Persiapan untuk kegiatan seperti itu memerlukan kalkulasi yang jauh lebih rumit. Tidak cukup dalam hitungan hari, dalam hitungan bulan, bahkan memerlukan waktu dalam hitungan tahun. Tuan pasti menyadari hal itu bukan?
Perencanaan dimulai sejak mempersiapkan gedung yang akan dijadikan sebagai ajang resepsi. Menyesuaikan hari pernikahan dengan ketersediaan gedung resepsi itu hal yang dibilang gampang-gampang susah. Belum lagi sewa pelaminan, daftar tamu undangan, dan konsumsi yang akan disediakan. Saya yakin tuan paham bahwa semua itu perlu persiapan yang matang, dan semua persiapan yang terlihat begitu memusingkan akan menjadi sederhana kalau saat akan dilangsungkannya pernikahan, tuan memiliki uang yang siap digunakan.
Apa yang terjadi kalau seandainya saat itu tuan tidak punya uang? Untuk itulah saya kira perlunya manajemen pengelolaan uang. Ketika anak tuan datang dan mengatakan bahwa ia ingin menikah, tentu saja pernikahan tidak dilangsungkan saat itu juga atau keeseokan harinya. Ada jeda yang diperlukan untuk mengatur agar sebelum pelaksanaan pernikahan, tuan memiliki uang untuk menikahkan putra semata wayang. Dalam dunia perbendaharaan, tuan, kami menyebutnya perencanaan kas.
Selayaknya analogi yang saya sebutkan diatas, tentu tidak semua transaksi keuangan di perbendaharaan perlu menghadirkan perencanaan kas. Di kantor saya tuan, perencanaan kas hanya diperlukan untuk kegiatan yang memerlukan dana mulai dari dua ratus juta. Karena, tuan, saya bekerja di wilayah yang terhitung kecil. Sebuah kabupaten yang berjarak satu jam perjalanan dari Banjarmasin. Jangan bandingkan dengan wilayah kerja tuan dimana mungkin dua ratus juta sudah menjadi transaksi biasa. Di wilayah tuan dan wilayah ibukota propinsi lainnya, perencanaan kas hanya diajukan apabila tuan memerlukan dana diatas satu milyar.
Bila tuan percaya bahwa perencanaan kas menghambat penyerapan anggaran, saya kira ada benarnya, hanya jika tuan tidak memikirkan satupun perencanaan. Perencanaan kas seharusnya malah bekerja sebaliknya, mempercepat penyerapan anggaran. Jika tuan merasa memerlukan dana yang cukup besar untuk melaksanakan suatu kegiatan, maka negara akan menyiapkan dana tersebut pada saat tuan memerlukan. Dengan syarat, hanya jika tuan memberitahu negara terlebih dahulu kapan kegiatan akan dilaksanakan dan berapa besar jumlah dana yang dibutuhkan. Dalam dunia perbendaharaan, tuan, kami menyebutnya sebagai prinsip tepat waktu dan tepat jumlah.
Menyimpan kas dalam jumlah besar untuk persiapan kegiatan pernikahan anak tuan yang saat ini masih berumur delapan tahun tentu bukan sesuatu yang masuk akal untuk dilakukan. Kas yang disimpan malah mungkin dapat digunakan untuk kegiatan lain yang lebih relevan, sunatan anak tersebut misalnya. Begitu juga dengan kas negara. Menyimpan kas dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk kegiatan yang belum tau kapan akan dilaksanakan tentu saja menjadi sesuatu yang absurd saat seharusnya kas tersebut dapat digunakan untuk kegiatan lain yang jauh lebih produktif.
Perencanaan pada dasarnya adalah tahap awal dari sebuah proses. Perencanaan yang baik seyogyanya akan menghasilkan keluaran yang baik. Begitu juga rencana yang belum sempurna biasaya menelurkan hasil akhir yang juga tidak sempurna. Namun memiliki rencana yang belum sempurna jauh lebih menenangkan jika dibandingkan tidak memilikinya sama sekali. Bukan begitu, tuan?