Keadaan perekonomian di setiap negara berbeda-beda, ada negara dengan perekonomian yang bagus dan ada pula negara yang memilki perekonomian yang kurang bagus bahakan bisa dikatakan buruk. Keadaan perekonomian suatu negara biasa diukur dari nilai atau besarnya Produk Domestik Bruto negara tersebut. Produk Domestik Bruto merupakan jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu. Perekonomian dalam suatu negara akan dipengaruhi oleh berbagai unsur yang ada baik dalam negeri (domestik) maupun luar negeri. Indonesia sendiri sampa saat ini masih masuk ke dalam kategori negara sedang berkembang dengan berbagai ciri-cirinya seperti jumlah penduduk sebagian besar ditinggal di daerah pedesaan. Sektor pertanian masih sebagai sumber utama pendapatan, tingkat industrialisasi masih tergolong rendah, pengangguran terselebung relative besar dan sebagainya (Tambunan, 2014).
Dalam era globalisasi sekarang ini dimana kegiatan perekonomian suatu negara juga dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian negara lain sehingga pemerintah dalam menetapkan kebijakan baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Moneter merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perekonomian, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa dianalisis tanpa melibatkan persoalan moneter (Cioran, 2014). Terdapat beberapa indicator ekonomi domestic yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, antara lain suku bunga, nilai tukar (kurs), inflasi, ekspor dan konsumsi Bahan Bakar Minyak atau BBM (Bank Indonesia, 2007)
Nilai tukar mata uang suatu negara biasa mampu mengindikasikan keadaan perekonomian suatu negara, karena nilai mata uang yang relative stabil akan menggambarkan bahwa keadaan perekonomian suatu negara tersebut secara makro masih stabil. Lain halnya dengan negara yang memiliki nilai mata uang yang tidak stabil, dengan kata lain kursnya dalam waktu yang relative masih dekat terjadi fluktuasi yang cukup besar, ini akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya ke negara tersebut.
Inflasi merupakan salah satu variable makroekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Inflasi yang berada pada tingkat wajar berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan inflasi yang berada di atas batas akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydin, Esen, & Bayrak, 2016). Selain itu,menurut Tambunan (2014) laju inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh variable makroekonomi seperti inflasi dan kurs tidak langsung berpengaruh saat itu juga, namun juga terkadang butuh beberapa waktu, misalnya jika inflasi meningkat secara mendadak pada bulan ini, kemungkinan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan kelihatan beberapa waktu kemudian. Dengan analysis regresi tertentu, pengaruh tersebut dapat terdeteksi, misalnya inflasi tahun atau bulan atau kuartalan ke berapa yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah hasil bersih dari semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh semua prosedur dalam suatu negara dari berbagai sektor ekonomi (Suparmoko, 1998). Sedangkan menurut Apridar (2009), produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik). Selain itu Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diartikan sebagai jumlah nilai dollar konsumsi, investasi bruto, pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa dan ekspor yang yang dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu (Samuelson & Nordhaus, 2004).
Hubungan Kurs dan Pertumbuhan Ekonomi
Nilai tukar yang stabil cenderung menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil karena nilai tukar yang stabil menunjukkan stabilitas moneter yang baik dan berbagai transaksi moneter dan perbankan berjalan lancar. Meski demikian, apresiasi kurs dan depresiasi kurs berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika kurs terdepresiasi (melemah) maka dampaknya produksi barang dan jasa berorientasi ekspor akan meningkat karena harga (barang dan Jasa) di luar negeri akan lebih tinggi daripada harga di dalam negeri maka akan lebih menguntungkan jika barang dan jasa yang ada di ekspor. Semakin besar ekspor maka cadangan devisa akan meningkat serta produktifitas barang dan jasa yang berorientasi ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.
Tidak hanya itu, menguatnya nilai tukar (Apresiasi) masih memilki dampak yang baik bagi perekonomian, karena ketika rupiah menguat maka harga barang d luar negeri akan lebih mahal, sehingga produksi barang dan jasa yang berbasiskan bahan impor akan mampu meningkatkan produktifitasnya. Hal ini di karena input yang lebih murah, produktifitas meningkat serta cost yang lebih rendah, sehingga pendapatan secara umum meningkat, daya beli meningkat, roda perekonomian berputar dengan baik dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi