Tiga Hal yang Membuat Saya Belajar Kehidupan
[caption id="attachment_318355" align="aligncenter" width="531" caption="ilustrasi : pianisaneh.blogspot.com"][/caption]
Hidup itu...Tuhan yang mengatur. Kita yang menjalani. Orang lain yang mengomentarinya...
Itulah tagline saya di blogg sejuta umat ini. Saya menuliskan itu untuk mengingatkan saya ketika ingin memposting tulisan di Kompasiana agar saya selalu siap sediakala bila ada yang tidak suka dan menyukainya. Dan legowo bila nanti ada yang tidak menyenangkan saat ketika membaca segala masukan (komentar) yang ada. Entah, dibalas atau tidak terpenting saya bisa mengetahuinya. Maka dari itulah saya banyak belajar dari kehidupan dan pengalaman saya. Halnya seperti tiga hal ini yang membuat saya semakin sadar atau menyadari kehidupan.
1. Jangan (Terlalu) Bergantung Pada Namanya Manusia
Terkadang kita seringkali bila ada sesuatu selalu mempercayai manusia. Kalau manusia tersebut bisa membantu kita. Atau, bisa kita andalkan. Padahal kita tidak menyadari jika itu manusia tempatnya berkeluh kesah, khilaf, alfa dan "zhalim". Karena apa? Ketika kita (sudah) mempercayai manusia tersebut terus ia tidak sesuai apa yang diharapkan kita akan mengalami kekecewaan. Dan itu kenyataannya yang ada. Kadang kita tidak mengetahui hal itu. Kita malah yakin kalau manusia bisa melakukan segala. Padahal tidak sesuai apa yang kita harapkan!
2. Menyadari Tidak Selalu Orang Menyukai Kita Kadangkala Siap untuk Dibenci
"Dan siapa yang tidak sanggup bersabar menerima ujian-Ku, maka hendaklah dia keluar dari kolong langitku dan hendaklah dia mencari Tuhan selain diri-Ku. "(Hadis Qudsi)
Jika ada orang yang membenci kita itu adalah haknya! Tapi haknya kita adalah yang wajib kita lakukan jangan terprovokasi untuk membalasnya dengan membencinya kembali. Biarkan orang lain membenci kita sedurjana mungkin atau sejahat bingittt. Asal kita lagi-lagi jangan membalasnya. Biarkan saja orang itu melakukan seperti itu. Sebab, apa karena kita punya Tuhan! Sang Khalik, Dia tidak buta dan tuli pasti akan mengetahui tindalan orang itu. Salah satunya dengan diberi ujian tetapi orang itu tidak menyadari kalau itu akibat ulahnya. Dan yakinlah Allah SWT pasti bersama kita!
3. Jangan menjadi Penulis/Pengarang yang Berhati Kerdil
"Bila kau menjadi pengarang, jadilah pengarang yang santun. Kau tak usah ikut-ikutan pengarang yang banyak bicara. Lain yang ditulis, lain pula tindak tanduknya.Yang kerjanya menghina karangan orang. Yang kerjanya menghardik pengarang lain." (Potongan Cerpen Anak Ibu karya Benny Arnas)