Lihat ke Halaman Asli

Peppermint

Freelancer

Melampaui Kegelisahan: Analisis Mendalam tentang Puisi 'Kesabaran' oleh Chairil Anwar

Diperbarui: 23 Februari 2024   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesabaran (Maret 1943)

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur

Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu

Aku hendak berbicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah! Tidak jadi apa-apa!
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli.

Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba

~~~

Puisi "Kesabaran" karya Chairil Anwar menggambarkan perasaan kegelisahan dan keputusasaan seseorang dalam menghadapi keadaan yang sulit dan penuh dengan ketidakpastian. Dengan gaya bahasa yang khas, Chairil Anwar menyampaikan pesan-pesan yang dalam dan membingungkan, mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang tersembunyi di balik kata-kata yang digunakan.

Secara keseluruhan, puisi ini mengekspresikan perasaan ketidakpuasan dan rasa frustasi terhadap keadaan di sekitarnya. Mari kita analisis beberapa bagian kunci dari puisi ini:

  • "Aku tak bisa tidur / Orang ngomong, anjing nggonggong": Baris pembuka puisi ini menunjukkan ketidakmampuan sang pembicara (aku) untuk tidur, mungkin karena gangguan yang disebabkan oleh kebisingan di sekitarnya. Keheningan malam diganggu oleh suara anjing yang menggonggong, yang bisa jadi merupakan metafora dari gangguan-gangguan kecil yang mengganggu ketenangan.
  • "Dunia jauh mengabur / Kelam mendinding batu": Chairil Anwar mengekspresikan perasaan terasing dan terpisah dari dunia sekitarnya. Deskripsi tentang dunia yang "jauh mengabur" dan suasana yang "kelam mendinding batu" menciptakan gambaran tentang kesunyian dan ketidakjelasan yang mengelilingi sang pembicara.
  • "Dihantam suara bertalu-talu / Di sebelahnya api dan abu": Pada bagian ini, terlihat bahwa keadaan yang tidak menentu semakin membingungkan sang pembicara. Suara-suara yang berulang dan kehadiran api dan abu menambahkan nuansa kekacauan dan kebingungan.
  • "Aku hendak berbicara / Suaraku hilang, tenaga terbang / Sudah! tidak jadi apa-apa!": Meskipun sang pembicara ingin berbicara, ia merasa bahwa suaranya hilang dan tenaganya lenyap. Ini mungkin mencerminkan perasaan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan untuk mengubah atau mempengaruhi situasi yang ada.
  • "Ini dunia enggan disapa, ambil perduli / Keras membeku air kali / Dan hidup bukan hidup lagi": Puisi ini mengekspresikan perasaan ketidakberdayaan dalam menghadapi dunia yang keras dan dingin. Perubahan lingkungan yang tidak ramah dan keadaan yang tidak bersahabat membuat sang pembicara merasa bahwa hidup telah kehilangan maknanya.
  • "Kuulangi yang dulu kembali / Sambil bertutup telinga, berpicing mata / Menunggu reda yang mesti tiba": Pada bagian akhir, sang pembicara tampak mencari penghiburan dalam ingatan akan masa lalu yang lebih baik. Dia mencoba untuk menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan "menutup telinga" dan "berpicing mata", sambil menunggu datangnya kesempatan atau keadaan yang lebih baik di masa depan.

Secara keseluruhan, "Kesabaran" merupakan puisi yang menggambarkan perasaan kesulitan, keputusasaan, dan ketidakpastian dalam menghadapi keadaan yang sulit dan penuh tekanan. Meskipun puisi ini mungkin tampak gelap dan pesimis, ia juga mengandung kekuatan dan keindahan dalam cara Chairil Anwar mengungkapkan perasaan manusia yang universal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline