Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Buku Babon Jurnalistik Pegangan untuk Mengajar

Diperbarui: 27 Mei 2024   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ada banyak buku pegangan tentang jurnalistik yang saya miliki. Namun demikian hanya satu buku babon yang benar-benar saya pegang, yakni buku berjudul "News Reporting and Writing" karangan Melvin Mancher's, sedangkan yang saya punya adalah edisi yang ke-11 terbitan tahun 2008. 

Buku ini pulalah yang dijadikan pegangan para guru jurnalistik kami saat saya menempuh pendidikan jurnalistik di Harian Kompas. Buku pendamping lainnya adalah "News Writer's Handbook: an Introduction to Journalism" edisi kedua karangan M.L. Stein cs.

Buku pertama yang saya sebut, yakni "News Reporting and Writing" demikian lengkap memuat seluruh aspek jurnalistik dari sisi teori maupun praktik. Juga yang tidak kalah penting adalah contoh-contoh kasus yang nyata yang dialami oleh para wartawan di seluruh dunia yang direkam oleh penulis buku ini. 

Pada Bab 1 misalnya berisi tentang tugas-tugas paling mendasar seorang wartawan seperti membuat janji sampai motivasi para wartawan itu sendiri saat terjun ke lapangan. Sedangkan pada Bab 2 langsung menusuk pada komponen-komponen sebuah berita, yakni 12 hal yang dibahas secara mendalam, mulai ketepatan (acuracy) sampai tanggung jawab (responsibility) seorang wartawan. 

Pada bab 27 atau bab terakhir dibahas mengenai moral jurnalistik atau (the morality of journalism). Tentu saja bab-bab lainnya di luar bab 1, 2 dan 27 berisi bahasan yang terkait praktik liputan, wawancara sampai penulisan berita.

Untuk keperluan mengajar dan "sharing" jurnalistik, saya berpedoman pada buku babon ini. Namun demikian, buku tetaplah buku sebagai pegangan dengan contoh-contoh praktis yang disesuaikan dengan penerbitan edisi terakhir. Sedang yang tidak kalah penting adalah pengalaman saya sendiri saat bertugas sebagai jurnalis di Harian Kompas.

Pengalaman inilah yang sangat mahal, karena jika menyampaikan materi pembelajaran menulis jurnalistik hanya berdasarkan buku ajar (text book) saja, maka niscaya penyampaian materi akan garing dan "boring" bagi peserta pelatihan. 

Karena saya mendalami ilmu filsafat, ilmu ini saya gunakan untuk mengajak peserta berpikir "radikal" (sampai ke akar persoalan) dan selalu bernalar dalam menyikapi peristiwa maupun fenomena. Ternyata, para peserta pelatihan umumnya sangat "haus" tentang pengalaman dan praktik jurnalisme lapangan, juga belajar tajam memilah dan memilih mana peristiwa yang punya nilai berita dan mana peristiwa yang tidak punya nilai berita.

Tentu saja karena ilmu menulis (termasuk menulis berita) merupakan keahlian yang saya memiliki, maka kewajiban saya adalah meng-update setiap aspek kebaruan jurnalistik dengan filosofi mendalam atas peristiwa tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta pelatihan mendapatkan "insight" baru dan kebaruan atas sebuah peristiwa yang menjadi sorotan luas.

Kabar baiknya, meski bisnis media cetak maupun online tergerus media sosial, tetapi ada saja kepentingan Newsroom sejumlah media maupun lembaga dan bahkan pribadi-pribadi tertentu yang ingin memperdalam ilmu menulis berita beserta praktik jurnalistik secara keseluruhan. Mereka mengundang saya sekadar "sharing" pengetahuan dan pengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline