Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Menulis Biografi: Be a Storyteller! (Part 1)

Diperbarui: 30 Juli 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menjadi pencerita yang baik. (sumber: pixabay.com/ Tumisu)

Jika kamu bertanya siapa pendongeng paling ulung dalam sejarah hidup saya, jawabannya: almarhum ayah saya!

Saking hebatnya almarhum ayah bercerita di kala saya masih duduk di bangku sekolah dasar, manakala saya hendak beranjak tidur, saya dibuatnya terisal-isak!

Itu terjadi ketika almarhum ayah saya bercerita tentang "Malin Kundang" versi Sunda, "Dalem Boncel", namanya.

Kalau "Malin Kundang" hanya berupa legenda di mana anak yang durhaka kepada orangtuanya dikutuk menjadi batu, tidak demikian dengan "Dalem Boncel". Ia bukan sekadar legenda atau dongeng, melainkan biografi seseorang yang pernah hidup di di Garut, Jawa Barat (setting tempat) dan terjadi pada masa kolonial dulu (setting waktu).

Bayangkan, saya yang seharusnya beranjak tidur, menangis terisak-isak memikirkan nasib kedua orangtua Boncel yang ia usir sedemikian kejam, hanya karena malu kepada istrinya, saat kedua orangtua yang sudah renta itu menemui Boncel yang tidak pulang kembali ke kampungnya menemui orangtuanya.

Cerita dibuka ketika Si Boncel yang kala itu tidak bersekolah, kira-kira berusia 12 tahun, pamit kepada emak-bapaknya untuk mengembara ke kota Garut sekarang, yang konon diperintah oleh Bupati yang baik dan bijak.

Kedua orangtuanya tentu saja berkeberatan atas niat anak semata wayangnya itu, tetapi tekad Si Boncel sangat kuat untuk mengembara, meninggalkan Kandangwesi kampung halamannya.

Maka pada suatu pagi yang masih buta, Mak dan Pak Boncel melepas anaknya pergi dengan dibekali rebus ketela pohon dan lemper seadanya, diiringi do'a dan derai air mata.

"Hati-hati kau di kota, Ocen," pesan bapaknya.

"Segeralah kembali pulang manakala kau sudah berhasil jadi orang, Ocen," pesan emaknya kemudian.

Si Boncel pun pergi, masih diiringi tangis pilu Mak dan Pak Boncel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline