Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Trik Juri Lomba Karya Tulis, Jangan Lupa "Storytelling"!

Diperbarui: 21 Januari 2016   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - story telling sebaiknya disertakan dalam menulis untuk sebuah lomba (Kompastravelfair.com)

Menjadi juri untuk sebuah lomba karya tulis, apalagi juri tunggal, boleh dibilang pekerjaan sulit. Selain tidak ada orang yang tidak bisa kita mintai tolong untuk berdiskusi, hasil dari penjurian itu menentukan "nasib" karya tulis seseorang. Ini paling berat; tanggung jawab moral.

Di luar itu, syarat menjadi juri lomba karya tulis, apapun jenis dan "genre" tulisannya, tidaklah sedikit. Minimal ia harus sudah menjadi penulis itu sendiri, pernah menjadi editor yang menilai dan menimbang sebuah tulisan, bahkan kalau bisa ia harus penulis terkenal --setidak-tidaknya dikenal secara luas oleh khalayak pembaca, di media arus utama atau media sosial seperti blog.

Mengapa juri lomba karya tulis mensyaratkan seorang penulis yang berpengalaman? Ya, asumsinya karena kemampuan si juri dalam menulis haruslah di atas peserta lomba. Ia harus sudah malang-melintang di dunia kepenulisan, baik sebagai jurnalis, novelis, esais, maupun kolomnis. Sebagi jurnalis pun, setidak-tidaknya ia harus sudah "berpangkat" editor, setidak-tidaknya pernah menjadi editor.

Jujur, saya malang-melintang di dunia juri lomba karya tulis sejak awal tahun 2002, saat sebagai jurnalis saya ditugaskan di Indonesia Timur, berkedudukan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Boleh jadi panitia memandang sisi "kredibilitas" saya selaku jurnalis di Harian ternama. Itu tidak bisa saya pungkiri. Di sela-sela luang dan di luar jam kerja, saya memeriksa dengan teliti setiap naskah yang masuk.

Membaca naskah lomba tulis berbeda dengan membaca karya tulis yang tidak dilombakan. Membaca naskah tulis biasa, saya bisa menggunakan teknik "scanning", "jamming" atau "jumping". Tetapi untuk membaca naskah lomba karya tulis, saya harus membaca utuh dari A sampai Z, bahkan sebisa mungkin "verbatim", kata perkata.

Ada banyak kriteria penulisan, tetapi saya mengutamakan "pesan" (konten) yang disampaikan. Bahasa dan gaya bahasa, saya urutkan di nomor sekian, tergantung tema dan materi lomba. Saya bisa membedakan mana lomba penulisan untuk blog sebagai media sosial maupun media massa, yaitu media arus utama. Tetapi logika dan sistematika penulisan, itu bobot yang cukup besar. Selebihnya.... (ini rahasia saya selaku juri).

Salah satu karya tulis yang dilombakan adalah "product review". Anda boleh jadi akan menjumpai lomba menulis cerpen, lomba menulis berita, lomba menulis puisi, lomba menulis novel, lomba menulis resensi buku, dan lain-lain. Namun lomba menulis terkait sebuah produk yang harus dinilai, ini tantangan tersendiri. Tentu saja tantangan bagi penulis.

Karena sifatnya menilai produk, para penulis sering terjebak "mengiklankan" produk itu. Mungkin ini dimaksudkan untuk mengenakkan hati si panitia atau si empunya produk, berharap dengan cara itu Anda menjadi pemenangnya. Padahal, sejatinya menilai sebuah produk adalah untuk mengkritisi produk itu sendiri. Ibarat pedang bermata dua, manfaat karya tulis yang Anda sertakan untuk lomba harus bermanfaat untuk produsen dan terlebih lagi bermanfaat buat pembaca!

Menulis “product review” yang sifatnya “how to” boleh dibilang gampang-gampang susah. Gampangnya, meminjam istilah Arswendo Atmowiloto dalam buku Menulis Itu Gampang, kita tinggal mengikuti alur kerja sebuah mesin, alat, atau tips ringan mengenai penggunaan sebuah barang. Selesai. Susahnya, bagaimanapun sebuah tulisan, meski itu sebuah tulisan “how to”, tetap harus menarik dan bermanfaat buat pembaca.

Menarik berarti dari judul, “teaser” alias penggoda, “lead”, isi atau tubuh tulisan, hingga akhir tulisan, menonjok kesadaran pembaca. Judul bahkan harus menggoda calon pembaca. Bagaimana agar tulisan menarik dan terlebih lagi bermanfaat buat pembaca, itulah tantangan terbesar seorang penulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline