Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

"Bendera Malaysia Berkibar di Halaman Rumahku", Apa Maknanya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1369886704833925164

[caption id="attachment_264482" align="aligncenter" width="452" caption="Foto Ilustasi"][/caption] Saya tertegun membaca laporan Kompasianer Assyam Nepany berjudul Bendera Malaysia Berkibar di Halaman Rumahku. Sebuah laporan yang jujur, disampaikan dalam bahasa tutur sederhana dan apa adanya, tetapi cukup menghantam dan menyesakkan dada, setidak-tidaknya dada saya usai membaca tulisan itu. Saya tercenung sendiri seperti Victor Frankenstein selesai menciptakan makhluk ciptaannya yang mengerikan itu. Boleh jadi saya terlalu melow untuk urusan begini, yakni di saat nasionalisme dan kebangsaan yang masih saya miliki terusik. Saya bukanlah serdadu, pejabat pemerintah, atau pegawai negeri sipil yang tiap hari Senin biasa mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam setiap upacara bendera. Akan tetapi, setiap kali saya mendengar lagu kebangsaan itu berkumandang, di manapun, saya biasanya berhenti, menegakkan badan, untuk kemudian mendengarkan lagu kebangsaan itu selesai dinyanyikan, kemudian berlalu. Apakah yang saya tunjukkan itu sebuah sikap nasionalisme atau patriotik? Saya tidak tahu, tetapi begitulah rasa kebangsaan saya yang lemah ini barangkali. Ketika bendara negara asing, dalam hal ini bendera Malaysia berkibar di halaman rumah Anda, apa yang Anda akan lakukan? Atau kalau Anda yang melakukannya, apa maksud Anda dengan mengibarkan bendera asing di negeri sendiri? Apa yang Anda bayangkan kalau bendera Papua Merdeka atau bendera RMS dikibarkan di negeri ini? Tudingan makar pasti akan segera dilayangkan dan aparat cepat bertindak. Banyak makna yang tersembunyi apabila tulisan faktual itu dihayati dengan baik. Apakah saya menuduh penduduk anak negeri sendiri yang mengibarkan bendera Malaysia itu sebagai orang-orang makar dan karenanya perlu ditangkapi? Tidak... sangat jauh dari perkiraan itu. Mungkin kalau saya aparat keamanan akan menuduhnya demikian. Tetapi, saya tidak. Malah, ada makna tersembunyi di balik pengibaran bendera Malaysia itu yang seharusnya menjadi keprihatinan bersama kita sebagai anak bangsa negeri Ibu Pertiwi Ini. Pertama, boleh jadi pengibaran bendera Malaysia di negara Indonesia yang berdaulat oleh warga ini sebagai simbol kerinduan seorang anak terhadap ayahnya yang bekerja di Malaysia, mewakili rasa kangen orangtua yang anaknya bekerja di luar negeri (Malaysia), atau kerinduan seorang istri terhadap suaminya yang bekerja di Malaysia. Wajah kerinduan itu tidak lain sehelai bendera Malaysia, sebuah simbol negara berdaulat yang kemudian tertancap di negara yang sama-sama berdaulat. Kedua,  pengibaran bendera Malaysia di Tanah Air sebagaimana ditunjukkan warga di dalam laporan itu sesungguhnya "komunikasi batin" yang mahadahsyat antara anak bangsa (komunikator) terhadap pemerintah atau para pemangku kebijakan (komunikan), dengan satu pesan (message) yang sangat jelas lewat media (bendera Malaysia), yakni "kerinduan dan kesejahteraan". Suka atau tidak, saya terjemahkan pengibaran bendera Malaysia di Indonesia itu sebagai simbol kesejahteraan negeri tetangga yang sangat dirasakan benar oleh para penduduk pengibar bendera itu, di samping juga tersimpan kerinduan terhadap keluarga yang sedang berjuang di sana. Ketiga, tamparan keras bagi bangsa Indonesia, khususnya para pemangku negeri ini; mulai dari tuan Presiden dan para pembantu-pembantunya (menteri), para anggota Dewan yang terhormat, para aparat keamanan yang sigap, serta para elit dan pemimpin partai politik. Saya pribadi, merasa "dipermalukan" atas pengibaran bendera Malaysia di Tanah Air yang secara sukarela dikibarkan oleh sebagian anak bangsa negeri ini. Rasa malu saya tunjukkan dengan membuat tulisan ini, sebab "hanya" itu yang bisa saya lakukan. Keempat, andai saja pengibaran bendera Malaysia di Indonesia itu disandingkan dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih, tentu saya tidak akan tergugah terlalu dalam, meski itu juga menarik untuk ditulis atau dilaporkan jika keduanya dikibarkan di negeri sendiri. Akan tetapi dari segi pemaknaan dan simbolisasi, pengibaran bendera tunggal Malaysia di negeri tersendiri mau tidak mau menyimpan "rahasia" tersendiri di dalamya, yang hanya para pengibar sendirilah yang tahu pasti maknanya. Berbeda jika pengibaran dilakukan secara bersama-sama yang bisa diartikan sebagai penghormatan atas adanya kerjasama tertentu. Bagaimana sikap saya, sikap Anda, atau sikap kita terhadap fenomena dan peristiwa ini? Mungkin yang terbaik adalah instrospeksi diri. Jangan salahkan Malaysia yang dianggap telah memberi kesejahteraan bagi sebagian penduduk Indonesia. Jangan salahkan pula warga pengibar bendera Malaysia itu sebab boleh jadi ia atau mereka sedang mempertontonkan kerinduan terhadap keluarganya yang sedang bekerja mencari hidup dan penghidupan di Malaysia, semacam "komunikasi spiritual" lewat media (bendera Malaysia) yang dikibarkan di halaman rumah mereka. Lantas, apa yang harus saya, Anda atau kita lakukan? Lebih kepada upaya mendorong pemerintah dan para pemangku negeri ini untuk terus berupaya menyejahterakan rakyatnya, memakmurkan penduduknya dengan memberi lapangan pekerjaan dan proteksi keselamatan, serta melakukan pendekatan kesejahteraan buat mereka tanpa lelah. Jangan malu oleh Malaysia, jangan marah terhadap Malaysia. Peristiwa pengibaran bendera Malaysia di Indonesia ini sebaiknya dijadikan momen untuk memulai kembali upaya membuat anak negeri ini bangga terhadap Ibu Pertiwi. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline