Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

28 Hambatan Berpikir Kritis

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12892875601182588324

[caption id="attachment_74566" align="alignnone" width="505" caption="Ilustrasi (Shutterstock)"][/caption] Berpikir kritis dalam menulis itu syarat mutlak, conditio sine qua non. Seorang penulis yang tidak dipersenjatai pikiran kritis, akan tergelincir ke dalam tulisan yang penuh nyinyir, caci-maki, tidak logis, membabi-buta, penuh prasangka dan kebencian, menghasut, dan menebarkan permusuhan. Mengapa saya harus membagi tips ringan ini, sebab saya sedih dan prihatin, adasementara orang yang merasa dirinya hebat, jago berdebat, dan nampak seperti intelektual tulen, tetapi hasil ocehannya tak lebih dari penistaan dan kebencian tanpa syarat. Menyedihkan. Tidak hanya untuk menulis, berpikir kritis juga diperlukan dalam berdebat. Kebetulan karena Facebook dan dunia maya saat ini biasa dijadikan ajang berdebat, maka setidaknya uraian ini cukup relevan. Ini sehat-sehat saja, sepanjang debat yang ditebar juga debat yang intelektual, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, merujuk referensi pemikiran orang, bukan semata-mata mendesakkan kepada pihak lain inilah pemikiran orisinilnya, yang ternyata kopong semata. Debat kusir jadinya. Saya ingin membagi tips hambatan-hambatan apa yang ada saat berpikir kritis. Banyaknya 28 poin, mungkin bisa lebih. Saya coba mengurai hambatan berpikir kritis pertama, yaitu: 1. KURANGNYA LATAR BELAKANG INFORMASI YANG RELEVAN Ini adalah hambatan berpikir kritis yang pertama, kurangnya latar belakang informasi yang relevan. Latar belakang ini penting untuk mendudukkan perkara atas sebuah peristiwa, merekonstruksi kebenaran dan berani menyenyahkan benalu yang tidak relevan. Informasi yang harus dimiliki pun tentu saja harus relevan, tidak asal informasi jadi-jadian. Contoh sederhana, Anda ingin menulis atau berdebat mengenai betapa hebatnya seorang Ahmadinedjad, Presiden Iran yang sangat disegani itu. Katakanlah Anda dalam posisi setuju dan mengagumi. Nah, untuk mendukung pendapat bahwa Ahmadinedjad orang hebat, Anda perlu referensi yang baik mengenai prestasi dan keberaniannya dalam menentang segala keangkuhan Barat dan Amerika Serikat. Tidak cukup bagi Anda mendukung kehebatan Ahmadinedjad dengan cerita-cerita sepotong dan puja-puji. Cari informasi yang relevan, misalnya Ahmadinedjad begitu gigih membela rakyat dan negaranya dengan program nuklir, yang membuat Amerika dan sekutunya gerah. Minimal bacalah buku "The Iran Threat: President Ahmadinejad and the Coming Nuclear Crisis", atau paling gampang bukalah laman Wikipedia dengan katakunci "Ahmadinedjad". Lumayanlah, latar belakang hidupnya cukup lengkap. Informasi yang relevan tentang Ahmadinedjad sangat diperlukan untuk mendukung argumen atau pendapat bahwa dia memang orang hebat yang paling berani melawan Barat. Anda juga perlu informasi lainnya yang relevan dan mendukung masalah ini, misalnya menganalisa bertumbangannya para pemimpin di Timur Tengah dan Afrika. Betapa lemahnya mereka, sementara Ahmadinedjad adalah satu perkecualian. Bahwa Ahmadenadjad meskipun sudah digertak Israel dan Barat, tetap saja bergeming. Mengapa? Jawaban yang Anda kemukakan karena memiliki informasi yang relevan, akan sangat mendukung asumsi atau pendapat Anda itu, yang tidak semata-mata berisi puja-puji, sebagaimana saya sindir tadi. Latar belakang informasi yang relevan juga diperlukan saat seorang jurnalis mengembangkan isu atau kolumnis menulis artikel tertentu. Saya terbiasa melakukan studi kepustakaan kalau hendak mengembangkan isu. Katakanlah isu mengenai kemungkinan perpecahan di tubuh KPK, tentu saja saya harus mengetahui seluk-beluk KPK dari A sampai Z, intrik-intrik di dalamnya, siapa para pimpinan teras KPK, siapa hakim, jaksa dan penyidik KPK. Aliansi atau bersimpati ke partai mana saja para pimpinan KPK itu (jika ada tendensi ke sana). Informasi yang relevan sangat penting agar isu yang saya kembangkan "make sense", memberi pemahaman dan pengetahuan baru, dan yang paling penting mendudukkan persoalan dengan sebenar-benarnya. (Bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline