Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Kembangkan Imajinasi Liarmu!

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam setiap kesempatan pelatihan, saya selalu menyarankan tentang perlunya memelihara imajinasi seliar mungkin. Mengapa? Saya terkesan dengan cerita pendek The Curious Case of Benjamin Button karya F Scott Fitzgerald yang ditulis tahun 1922. Meskipun ini cerita pendek, panjang karangan itu mencapai 30-an halaman, mirip novelet (novel kecil).

Ini sebuah cerpen panjang yang sangat mengesankan saya. Bagaimana mungkin seorang bayi yang baru lahir ke dunia, Benjamin, sudah memiliki fisik manusia 70 tahun! Dan yang mengejutkan, bayi 0 tahun yang sepadan dengan usia 70 tahun itu itu "tumbuh menjadi muda", bukan tumbuh semakin tua. Jadi hitunganya adalah mundur, mulai 70, 69, 60, 50, 40, 30, 17, 7, 1, dan mati pada saat 0 tahun. Luar biasa.

Saya terperangkap dengan jalinan cerita Fitzgerald saat dia menggambarkan bagaimana susahnya orangtuanya mengurus Benjamin. Misalnya saat Benjamin di sekolahkan ke taman kanak-kanak, ia ditolak gurunya karena kerjanya di sekolah tidur melulu (usianya berarti 65 tahun). Saat mendaftar ke universitas di umur 18 tahun, ia dikembalikkan ke rumahnya karena rambutnya sudah memutih dan kulitnya berkeriput (usianya 52 tahun). Begitulah seterusnya, adegan dramatik yang mencengangkan muncul paragraf demi paragraf.

Tahun 2008 cerpen ini diangkat ke layar perak dengan Brad Pitt berlaku sebagai Benjamin. Memang agak menyimpang dari cerpen aslinya, tetapi film Benjamin Button tidak kalah memukaunya. Plot agak berbeda, dimana orangtua Benjamin justru membuang bayi yang baru lahir itu (tetapi berwajah tua dan keriput sebagiamana pria 70 tahun) di depan pintu pasangan Negro yang tidak dikarunia anak. Benjamin diurus oleh pasangan Negro itu yang menganggap Benjamin sebagai anugerah terbesar, sementara ayah Benjamin mengawasinya dari kejauhan.

Meski beda plot, tetapi Benjamin versi cerpen maupun film terasa memikatnya. Semua itu berpulang pada Imajinasi, dalam hal ini yang saya sebut IMAJINASI LIAR. Nah, sekarang Anda bisa menciptakan dan mengembangkan imajinasi liar dan tuliskan di sini.

Sebagai pancingan, saya punya IMAJINASI LIAR berikut: "Saya masuk ke sebuah kota asing yang semua penghuninya bisu dan tidak punya bahasa isyarat. Yang bicara justru benda-benda mati di sekitarnya seperti pisau, garpu, rumah dan binatang, saya bercakap-cakap dengan seluruh penduduk melalui perantaraan benda-benda mati yang bisa berbicara tersebut".

Nah, sekarang Anda bisa menciptakan imajinai liar sendiri, atau mau mencoba membuatkan plot, karakter dan klimaks imajinasi liar saya di atas? Silakan....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline