Lihat ke Halaman Asli

Pepih Nugraha

TERVERIFIKASI

Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Pengakuan Rama Mengejutkan Saya!

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya benar-benar terkejut, gusar dan kecewa sejadi-jadinya membaca postingan Sdr Syaifuddin Sayuti berjudul Skandal Blogger Tuna Netra Ramaditya Adikara! Terkejut, karena saya tidak menyangka seorang tunanetra seperti Rama bisa melakukan kebohongan publik yang sangat fatal (plagiat) seperti itu. Kecewa, karena saya termasuk korban kebohongannya! Mengapa saya merasa dibohongi? Karena saya pernah menulis sosok Rama dan dimuat di Harian Kompas edisi 8 Juli 2008 lalu (halaman 16). Kebohongan yang dilakukannya adalah, ia mengaku telah "menggubah" musik digital untuk beberapa games luar negeri, khususnya Jepang. Bahkan ia mengaku pernah menjadi juara karena musik digital "gubahan"-nya itu.

Pada alinea tiga tulisan itu saya menulis: Bagaimana mungkin dia menjadi blogger yang bukan hanya sekadar mengisi kontennya, tetapi juga mendesain perwajahannya, bahkan dengan latar belakang musik digital gubahannya? Kesalahan saya adalah mencantumkan tiga kata terakhir "musik digital gubahannya" berdasarkan pengakuannya. Kesalahan berikutnya, pada bidodata singkat yang menyertai tulisan itu, saya mencantumkan profesi Rama yang antara lain "komposer musik game" dan "sound engeneer". Saya tidak membahas panjang lebar mengenai musik digital yang kemudian diklaim sebagai ciptaannya itu (padahal hanya me-rename judulnya saja), sebab bukan itu yang menjadi perhatian saya. Perhatian saya saat itu karena dia seorang blogger tunanetra yang mampu mengetik cepat di atas laptop yang selalu dibawa-bawanya kemana ia pergi. Itu kemampuan faktual yang ditunjukkannya kepada saya saat wawancara berlangsung. Selebihnya, seperti "penggubah" musik digital untuk games, "sound engeneer", "motivator", "guru privat" bahasa Inggris, dan "private councellor", hal itu berdasarkan pengakuannya semata. Kemampuannya berbahasa Inggris juga dia tunjukkan dengan membiasakan diri ber-casciscus dengan rekan-rekannya. Pertemuan saya dengan Rama terjadi pada 2 Juli 2008 saat gathering komunitas blogger Multiply di Istora Senayan, Jakarta. Saya menghadiri acara komunitas blogger tersebut dan Rama kemudian menjadi ikon acara tersebut. Dia berkali-kali naik panggung karena prestasinya ngeblog di blog pribadinya. Semula saya tidak mengerti bagaimana mungkin dia bisa menulis, mengetik di laptop, berinternet, ngeblog, dan mempostingkan tulisannya di blog karena Rama seorang tunanetra. Akan tetapi setelah melalui wawancara panjang saat itu disertai demonstrasi langsung yang bersangkutan menggunakan laptopnya, baru saya terperangah dan kagum bahwa Rama punya kemampuan di atas rata-rata penyandang tunanetra. Saya tertarik menuliskannya. Apalagi saat itu dia mengaku akan menerbitkan buku "motivasi" hasil karyanya. Hasil wawancara panjang itu masih saya padukan dengan menelusur blognya dan beberapa postingan di antaranya memang dilengkapi musik digital yang diklaim sebagai ciptaannya itu. Beberapa tambahan informasi saya telepon langsung yang bersangkutan untuk melengkapi tulisan, bahkan berusaha mendengarkan penjelasan teman-teman dekatnya yang menyertainya saat itu, yakni blogger komunitas Multiply. Pokoknya, saya mengeluarkan segenap skeptisisme saya untuk menggali seorang Ramadtya. Bahwa kemudian Rama mengaku dirinya seorang plagiat atas musik digital karya orang lain, saya benar-benar terpukul! Mungkin saya tidak sendirian. Ada sejumlah media yang juga telah "memanggungkan" Rama sebagai manusia berprestasi, antara lain Kick Andy, penerbit buku yang menerbitkan buku "karya"-nya, juga salah satu media online (dotcom) yang menjadikan Rama sebagai penulis tamu (penulis khusus). Tentu saja melalui tulisan di Kompasiana ini, saya memohon maaf kepada sebagian pembaca Harian Kompas yang kebetulan membaca tulisan saya tersebut. Saya menganggap kata-kata atau kalimat yang tertulis yang menyatakan dia seorang "penggubah" musik digital atau "sound engeneer", dianggap tidak ada, meski itu tulisan saya sendiri. Sedangkan untuk kemampuan fisikal yang ditunjukkannya seperti mengetik langsung di atas laptop berperanti lunak khusus dan berbahasa Inggris, saya masih mempercayainya dan karenanya itu bukan kebohongan. Untuk "kemampuan" lain yang diakuinya, hal itu memerlukan penelusuran dan pembuktian lebih lanjut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline