Lihat ke Halaman Asli

Membangun Rumah Kedua: Mengapa Anak Perantauan Harus Aktif di Organisasi Kampus?

Diperbarui: 16 Oktober 2024   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto potret bagaimana asyiknya berbagi kisah dalam berkumpul di organisasi kampus/dok. pri

Berpisah dari kampung halaman demi pendidikan sering kali bukan sekadar soal mengejar gelar. Ini adalah petualangan besar yang memaksa anak perantauan meninggalkan segala kenyamanan dan rutinitas yang mereka kenal. Saat tiba di kota baru dengan dinamika yang asing, mahasiswa perantauan dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menemukan tempat mereka di lingkungan yang sepenuhnya baru. Di sinilah peran organisasi kampus menjadi sangat penting sebuah langkah strategis yang sering kali diremehkan, namun mampu membuka jalan menuju pengalaman kuliah yang lebih kaya.

Bayangkan Anda seperti seorang petualang yang baru saja tiba di hutan rimba kampus besar dengan segala kompleksitasnya. Tentu, Anda memiliki peta akademis yang akan membawa Anda ke ruang kuliah, namun siapa yang akan membantu Anda memahami "jalan setapak" sosial di kampus? Organisasi kampus adalah kompas sosial yang akan memandu Anda melalui jalan-jalan tak terlihat di luar ruang kelas.

Organisasi adalah tempat di mana mahasiswa perantauan bisa menemukan lebih dari sekadar teman, tapi juga keluarga baru. Dalam lingkaran ini, mereka berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, belajar mengenal budaya berbeda, serta berbagi pengalaman yang serupa dalam adaptasi dan tantangan hidup di kota besar. Mengabaikan kesempatan ini bagaikan melewatkan penawaran terpenting dalam kehidupan kampus.

Namun, terkadang ada rasa takut yang menghinggapi mahasiswa perantauan. Mereka khawatir bahwa terlibat dalam organisasi bisa mengganggu fokus akademis mereka. Padahal, justru sebaliknya, berorganisasi membantu membangun keseimbangan antara belajar di kelas dan belajar dari kehidupan nyata. Di sinilah mereka belajar kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen diri, hal-hal yang sangat sulit dipelajari hanya dari buku teks.

Bagi mahasiswa perantauan, masuk ke lingkungan baru sering kali berarti bertemu dengan perbedaan budaya yang mencolok. Dialek, gaya berkomunikasi, hingga kebiasaan sehari-hari bisa menjadi tantangan tersendiri. Organisasi kampus adalah salah satu tempat terbaik untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat. Melalui interaksi di dalam organisasi, mereka secara alami berbaur dengan budaya setempat, memahami nilai-nilai yang ada, dan mulai merasa lebih nyaman dengan lingkungan baru.

Misalnya, bagi seorang mahasiswa dari Sumatra yang merantau ke Jawa, perbedaan budaya dalam berkomunikasi bisa menimbulkan kecanggungan. Di kampus, perbedaan ini bisa menjadi hambatan jika mereka hanya berfokus pada akademik. Tapi, dengan berorganisasi, mereka mendapatkan kesempatan untuk memahami budaya komunikasi lokal secara langsung melalui pengalaman sehari-hari. Proses adaptasi menjadi lebih cepat dan alami karena interaksi sosial terjadi secara spontan dan berkelanjutan.

Namun, ada hal yang perlu diperhatikan. Tidak semua organisasi kampus bersifat inklusif. Beberapa mungkin terjebak dalam lingkaran eksklusif yang membuat mahasiswa perantauan merasa tersisih. Di sinilah pentingnya organisasi untuk lebih membuka diri, memperluas cakupannya, dan memberikan ruang bagi semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang mereka.

Selain soal adaptasi budaya, berorganisasi juga memberikan manfaat besar dalam melatih kemandirian mahasiswa perantauan. Hidup jauh dari orang tua memang sudah memaksa mereka untuk mandiri dalam hal keuangan dan keseharian, namun organisasi melangkah lebih jauh dengan memberikan mereka tanggung jawab kolektif. Dalam organisasi, mereka belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, mengelola kegiatan, dan menyelesaikan masalah secara mandiri.

Mengikuti organisasi adalah cara terbaik untuk belajar memimpin diri sendiri dan orang lain. Ini bukan hanya tentang memimpin rapat atau kegiatan, tapi juga tentang bagaimana seseorang mengatur prioritas, waktu, dan energi mereka. Anak perantauan yang aktif di organisasi akan lebih cepat matang secara emosional dan siap menghadapi dunia nyata yang penuh dengan tantangan.

Tentu saja, ada kritik bahwa organisasi bisa menjadi beban tambahan yang mengganggu akademik. Namun, sejatinya ini lebih tentang bagaimana mengatur waktu dengan bijak. Dengan manajemen waktu yang baik, mahasiswa bisa tetap berprestasi di akademik sekaligus aktif di organisasi. Bahkan, keterampilan manajemen waktu ini adalah salah satu hasil paling berharga dari keterlibatan dalam organisasi.

Di dunia yang semakin kompetitif, jaringan adalah segalanya. Organisasi kampus memberikan kesempatan bagi mahasiswa perantauan untuk membangun jaringan yang luas, tidak hanya dengan teman-teman seangkatan, tetapi juga dengan senior, alumni, bahkan profesional di luar kampus. Melalui kegiatan organisasi, mereka bisa berkenalan dengan orang-orang penting yang mungkin akan membuka pintu karier di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline