Lihat ke Halaman Asli

Peny Wahyuni Indrastuti

Ibu Rumah Tangga yang berjuang melawan lupa

Lubang di Hati untuk Emak

Diperbarui: 20 Desember 2020   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Percaya sajalah!

Aku juga seorang anak meski sekarang sudah jadi emak.

Pernah marah,  pernah berdebat, pernah diam-diaman sama Emak.

Tapi aku tetaplah anak Emak.

Kemarahan dan perbedaan pendapat datang dan pergi.

Bukan aku tak hormat padanya, hanya sedikit merasa sudah mandiri, sebab terbiasa menjadi diri sendiri dalam mengambil banyak keputusan penting, karena harus sekolah di kota yang jauh dari Emak pada usia muda.

Emak pernah juga kekanakan saat kukritik. Aku lebih kekanakan lagi saat Emak mengkritik.

Tapi semua itu tak mengurangi cintaku pada Emak. Pun Emak, tak sedikit mengurangi kasih sayangnya meski aku anak terkecil dari enam anaknya.

Bahkan saat marahan sama bapakku, Emak hanya bilang, "Biar sajalah Bapak pergi, aku bawa si Bontot dan Ibu."

Berkata begitu karena hanya tinggal aku sendiri yang masih sekolah dan nenek yang tinggal bersama Emak.

Emak, diam-diam juga suka curhat padaku, meski aku tidak benar-benar mengerti apa masalah orang dewasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline