Inilah saat yg kusuka. Bersunyi-sunyi, berdua saja dengan-Mu.
Mungkin di luar gelap tak berbintang, sebab bulan sudah merangkak dalam peluk dini hari.
Tak satupun kehidupan bersuara, kecuali desah lirih dari hembusan nafas mereka yang terlelap.
Aku tak pernah bisa membayangkan Engkau seperti apa. Aku tak pernah berharap mendengar suara-Mu seperti apa. Bagiku rasa tentang hadir-Mu yg seperti meledakkan dada ini dalam kenikmatan tiada tara, cukuplah.
Aku tahu siksa-Mu begitu pedih. Tapi aku tak pernah menuliskan kepedihan dalam permohonan ampun, karena kutahu Engkau sangatlah Maha Pengampun.
Cukuplah bagiku siksa itu berupa jelaga duniawi : tangis karena cemburu, tangis karena kecewa, tangis karena khilaf dan tangis-tangis lain sebatas duka duniawi.
Cukuplah bagiku kukatakan itu sebagai siksa. Neraka dunia yang merobek lara.
Aku takut pada neraka-Mu yang lain.
Saat Kau tutup kesempatanku untuk merasai nyaman surga-Mu.
Karenanya, kupasrahkan diri ini seutuhnya dalam pandangan-Mu. Bawalah aku dalam kebaikan-Mu, timanglah aku dalam kasih sayang-Mu.
Agar apa yang ada pada-Mu, memancar padaku.