Lihat ke Halaman Asli

SHOW OF FORCE VERSUS DIALOGIS, Sebuah Pilihan Untuk Perubahan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1375584551405907475

ROTE NDAO MEMILIH.

Dalam sistem pemilu dapat diambil secara garis besar sistemnya yaitu sistem distrik dan proporsional. Sistem yang mendorong pada pola komunikasi politik yang lebih efektif, real dan kongkrit. Komunikasi politik yang diperlukan dalam kampanye politik sangat tergantung pada sistem kampanye. Demikian pula dengan kemampuan dan kredibilitas partai akan menjadi prasyarat dalam pembentukan citra politik, membina pendapat umum, mendorong partisipasi politik serta memenangkan pemilu. Untuk mencapai target yang ditentukan maka dalam menjalin komunikasi politik sangat terpola pada sistem lama yang lebih dominan. Yaitu pola rapat umum, atau lebih mentereng disebut kampanye umum. Pola perubahan yang fenomenal adalah kampanye dialogis. Berikut ini perbandingan antara rapat/kampanye umum dan rapat/kampanye dialogis.

A.Kampanye Umum.

ØKelebihan

Dapat mengumpulkan dan memobilisasi massa yang banyak.

Bisa melalukan Show of force (unjuk kekuatan)

Lebih menonjolkan sisi bonafiditias daripada real visi dan misinya

Lebih banyak menonjolkan kekayaan daripada otak dan kemampuan memimpinnya

pemilih lebih banyak terlibat karena lebih bersifat transaksional material

(dapat baju, atribut, uang makan, uang minyak, uang saku dan dapat menonton pertunjukan dangdutan, asiknya ramerame)

Økekurangan

tidak terpenuhinya komunikasi timbal balik antara pemilih dan yang dipilih, sehingga tidak terciptanya misi yang kongkrit dan real dari visi dan misinya

lebih menonjolkan bonafiditas calon daripada real visi misinya

cenderung berupa sound bite dan kampanye negatif karena harus menyampaikan pesan yang efektif tetapi dengan waktu yang sedikit karena lebih banyak acara hiburannya.

Tidak terciptanya komunikasi yang efektif antara pemilih dan yang dipilih

Tidak bisa dipertanggungjawabkan visi misinya karena lebih bersifat universal

Kapitalisasi politik atau penggunaan uang dalam jumlah besar untuk kampanye baik untuk memobilisasi masa, menyewa artis, membayar masa, membeli atribut yang banyak, membayar makan peserta, uang saku peserta intinya lebih bersifat transaksional material

Reduksi kepentingan politik menjadi kompetisi pencitraan diri citra lewat show of force.

lebih bersifat hurahura dan memakan banyak biaya

dapat menimbulkan tindakan anarkis dan menciptakan kondisi yang tidak kondusif

lebih banyak terjadi transaksitransaksi material yang lebih bersifat penyogokan

apat menimbulkan kesemrawutan lalulintas.

B.Kampanye dialogis

ØKekurangan

Tidak dapat mengumpulkan dan memobilisasi massa yang banyak.

Tidak bisa bisa melakukan Show of force (unjuk kekuatan)

ØKelebihan

lebih mendorong terjadinya pendidikan politik bagi para pemilih dan juga untuk menbangun komitmen para kandidat terhadap persoalanpersoalan yang dihadapi oleh rakyat. Sebab rakyat lebih banyak berkomunikasi, menuangkan berbagai keluhkesah, mengajukan berbagai kritikan, dapat mengikat kontrak kerja dengan kandidiat dan secara terbuka bisa manyalurkan aspirasi juga inspirasinya dengan baik. Intinya terjadi komunikasi timbal balik yang efektif dan dapat memfasilitasi terjadinya perubahan yang terformulasikan dalam setiap pertemuan.

Lebih hemat dalam biaya operasional karena tidak terjadi transaksi material yang berlebihan.

Mampu memfasilitasi terjadinya komunikasi timbal balik yang lebih efektif

Dapat menjembatani antara pemilih dan calon yang dipilih secara emosional dan lebih komunikatif

Tidak terjadi banyak pengeluaran yang lebih bersifat hurahura dan transaksi materi

Reduksi kepentingan politik lebih dapat dipertanggungjawabkan karena tidak bersifat kompetisi melainkan bersifat melayani

Mampu menekan biaya yang sangat besar

Lebih manusiawi karena mampu menciptakan kebersamaan, kondusif dan tidak menimbulkan kesemrawutan lalulintas.

Pamer kekuatan dan kekayaan memang sangat diperlukan untuk menjaring masa yang abuabu dan galau dalam dunia politik. Satu sisi meskipun memenangkan kampanye bukan berarti memenangkan pemilukada (win the war not win the battle) sebab Show of force, show of money pada masa kampanye calon-calon kandidat pun tak segan-segan untuk menghambur-hamburkan uang. Meskipun tidak ada kaitan yang esensial antara kemampuan memimpin dengan penghamburan uang namun calon kandidat masih terus “menebar garam di lautan”. Hal ini dilakukan baik dalam hal penggalangan masa untuk ikut kampanye, ataupun untuk hal-hal lainnya. Sehingga sangatlah tidak bijaksananya jika calon-calon kandidat sedikit bersikap prihatin dengan kondisi masyarakat saat ini yang sedang mengalami kesulitan dengan naiknya beberapa harga sembako. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi fenomena sosial yang terlalu ironis, di satu sisi berhamburan uang sedangkan di sisi lain kesulitan mengumpulkan uang. Dan satu lagi, jangan sampai setelah terpilih nantinya masing-masing calon kandidat memakai filosofi “bahwa segala sesuatu yang terserak suatu saat harus terkumpul lagi”. Akan lebih logis jika kita memilih kandidat yang memiliki program kerja yang “masuk akal” yang bisa di ukur baik hasil maupun target pencapaiannya dan seberapa besar keberpihakkannya pada masyarakat dengan menyiapkan visi dan misinya secara baik, real dan kongkrit, tidak mulukmuluk dan dapat dipertanggungjawabkan. Para tuantuan dan nyonyanyonya Rote Ndao, tentukan pilihan mu denganhati nurani yang pasti. Sebab pilihan mu sangat menentukan sebuah langkah perubahan ke depan menujuh rote ndao yang makmur dan sejahtera




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline