Lihat ke Halaman Asli

Tarian Kebalai dan Ritual Budaya Rote

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

pada sebuah lapangan terbuka saat malam mulai merambat dan kehidupanpun kian sepi. dibawah sinar bulan, tuamuda, lelaki perempuan saling berpegangan pada ujung lengan membentuk sebuah simpul. bergerak bersama secara kolektif bertumpu pada hentakan kaki. tubuhtubuhpun saling mengait menjelma sebuah lingkaran besar yang bergerak ritmis, dalam sebuah titik komando yang menautkan mereka. gerak tarian yang mengikuti irama lantunan syair yang saling berbalas.

kisah syairnya disesuaikan dengan konteks peristiwa. kisah tentang hidup manusia, asal usul tanah kelahiran, renungan kehidupan tentang lahir, kawin dan kematian, perdamaian, peristiwaperistiwa penting yang patut dimaknai. semakin larut lingkaran ini bertambah besar dan semakin bergairah dalam lengkingan vokal Sang Manahelo yang kental mistis, emosional dan religius. irama ini semakin bertambah semangat secara bersahutsahutan dan berbalasbalasan. diperkaya dengan hentakanhentakan kaki yang kental nilainilai spirit yang kolektif. saling memberi tenaga, ruang dan birama yang diaksentualisasikan dengan hentakanhentakan yang padu. sungguh terasa getar kedalaman soliditas dan gelegak emosi purba. gelegak emosi dan perasaanperasaan murni insan pribumi rote.

Lintas Generasi

dalam tarian kebalai ini terdapat beberapa kesatuan gerak, kisah dan syair yang berbalasbalasan dalam bahasa adat melalui tarian dan nyanyian, yang dituturkan oleh orangorang khusus. diawali oleh Manahelo kemudian disambut oleh Manasimba. dalam hal ini manasimba melantunkan syair yang sama menyambut atau mengikuti syair manahelo. dari syair yang dilantunkan oleh manasimba ini dilanjutkan lagi sebahagiannya yang biasa berupa refrein oleh Mananggado sambil menari tanpa di ikuti alat musik, dalam satu lingkaran dengan tarian yang di dominasi gerak kaki yang seirama dengan syairsyair. durasi tarian ini kurang lebih 30 – 60 menit. akhir dari tarian di tentukan oleh manahelo dan manasimba yang memperoleh wahyu secara khusus. dalam implementasi rasa, karsa dan seni ini telah terjalin kesinambungan antar lintas generasi. generasi tua sebagai tokoh sentral yang disebut manahelo yang mulai menuturkan kisah, disambut oleh manasimba yang meneruskan isi syairnya kemudian diikuti bersamasama oleh mananggado sebagai generasi penerusnya.

Ritualitas dan Ekspresi Religius

kebalai biasanya dilakukan setelah upacara adat, sebagai tanda ucapan syukur dan sukacita. ritual adat yang terkenal adalah Bamba Limba. bamba limbadilakukan oleh Manasonggo.ritual ini ditujukan kepada Lamatuak agar bisa memberikan berkat. dalam ritual ini doadoa dinaikan agar Lamatuak tidak menghukum manusia, melainkan memberikan hujan yang berlimpah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik. dalam ritual ini di butuhkan doadoa dan kekuatan supranatural yang selaras dengan kehidupan manusia, alam dan penciptanya. jika bamba limba ini selaras maka alam akan merespon dengan baik. hujan akan turun, badai akan berhenti, sakit akan sembuh, hasil panen akan banyak dan sebagainya.

gerak rampak manasonggo selalu mengafirmasi kebenaran dan kekuatan religius, strata sosial juga kisah hidup yang akan dituturkan oleh manahelo dalam syairsyairnya. syairsyair dalam bahasa adat yang mengisahkan hidup ini mesti jujur, bersih, ulet, teguh, ingat sesama yang susah, berbakti pada orang tua, leluhur, alam dan penciptanya. tanpa Bamba Limba ini manusia akan kerdil, individual dan tercabut dari akar budayanya. kearifan kultur ini sudah mengakar, bertumbuh dan padu secara komunal sejak zaman nenek moyang.Bamba Limba menjelaskan tentang ekspresi religiusitas masyarakat tradisional. dimana Lamatuakdihadirkan. kisah yang merupakan aktualisasi usaha manusia untuk melukiskan lintasan spirit supranatural ke dalam kehidupannya.

Bamba Limba sangat sarat dengan makna perjalanan kehidupan manusia. medium pertemuan antara manusia dengan realitas Ilahi. yang merupakan simbol pemberi kesempurnaan dan kesuburan alam. dimana Lamatuakhadir mewahyukan diri, menyertai dan memampukan manusia menjaga harmonisasi kehidupannya dengan sesama manusia, dengan alam dan dengan Penciptanya sendiri.

dalam ritual bamba limba ini akan diakhiri dengan berbagai jenis tarian dan hiburan. tarian yang diiringi oleh alat musik Sasandu, Gong dan Tambur. tariantarian ini lebih mengambarkan tentang maksud dan tujuan ritual ini. puncak ritual akan dilakukan Hush. Hush adalah tarian berkuda. para tokohtokoh adat dan para patriot dari berbagai suku dan desa memamerkan kebolehannya menunggang dan menari diatas kudanya melingkari Limbadale. Limbadale adalah lapangan atau tempat dilakukannya ritual adat. sebagai puncak dan akhir acara para peserta melakukan tarian dan nyanyian bersama tanpa musik. tarian dan nyanyian bersama inilah yang disebut Kebalai. dengan formasi yang berbentuk lingkaran utuh sebagai wujud dasar perjalanan jiwa manusia yang menyatu dengan dirinya, Alam dan Sang Penciptanya. dalam tarian dan nyanyian ini telah menjadi semacam mediasi yang bermuara pada perjalanan ke dalam inti diri yang esensial secara spontan dari kedalaman rasa dan kematangan jiwa.

Spirit Kebebasan dan Media Silaturahim

Kebalai ini merupakan spirit dasar kelompok yang masuk dalam irama gerak dan nyanyian secara serentak. bersamasama membentuk sebuah gerak kolektif yang saling menyesuaikan, lebur dalam satu kesatuan rasa, irama, tempo dan semangat yang dibangun bersama dalam rasa saling menopang dan mengikat.kebalai telah membentuk kepekaan sosial, perasaan kelompok yang terbangun dalam gerak tari dan nyanyian secara spontan. spontanitas dalam biramabirama yang mencerminkan realitas hakiki yang menautkan individuindividu ke dalam roh kelompoknya. pengalaman komunal yang direvitalisasi dan diaktualisasikan kembali ke alam nyata.kebalai berakar pada magis dan simbolsimbol sosial, gerak dan nyanyian yang menampakkan dinamika bathin yang merekatkan ikatan sosial dalam kebersamaan yang tertuang dalam responrespon spontan berupa lengkinganlengkingan vokal yang melahirkan dinamika bathin dan emosi kolektif. menyentuh sisisisi terdalam dari rasa imagi setiap individu yang tergabung dalam lingkarannya.

Kebalai menjadi wahana di mana setiap pribadi membebaskan dirinya dari rasa penat oleh rutinitas melalui sukacita menari dan menyanyi bersama. moment kebersamaan dalam melepas simpulsimpul kesedihan, bebanbeban personal. semuanya akan terlepas dalam tautan rasa yang intens. hentakan kaki ke tanah adalah sebuah proses membumi yang mampu melepaskan segalah beban psihikis, emosi dan segalah hambatan bathin. keindahan syair yang dilantunkan menjadi pemulihan bagi erosi batin akibat tekanan hidup yang terlalu berat dalam realitas keseharian. disinilah peran interioritas jiwa, semangat dan energi gerak yang kolektif kedalam kesadaran individu pada tingkat tertinggi. sehingga emosi, pikiran, gerak dan kesadaran yang luhur tetap peka dan sadar agar tetap seimbang dan harmoni. Kebalai juga sebagai media silaturahim, yang menuntun kita pada sebuah esensi tentang kesadaran agar terus berhubungan, berbagi peran, fungsi, dan tanggungjawab terhadap Lamatuak, leluhur, sesama dan alam huniannya. agar keseimbangan dan harmonisasi itu terus terjaga dalam rasa persaudaraan yang lebih luas.

Pesan Moral

mengenal dan mencintai kebalai sebagai ekspresi akan makna kearifan kultur budaya yang menjadi identitas yang esensial dalam meneladani sifat kepemimpinan manasonggo, manahelo, manasimba danmananggado yang mampu berbagi peran dalam memahami dan mewujudkan kebutuhankebutuhan rakyatnya, menyelaraskan keseimbangan alam dengan penciptanya, menularkan kebaikankebaikan pada generasi berikutnya. demi kelanjutan dari sebuah kehidupan yang tetap terjaga dalam keselarasan yang penuh keseimbangan dan harmoni.

manasonggo= tokoh adat yang memimpin upacara adat

manahelo= orang yang menyanyikan syair

manasimba= orang yang menerima syair dan menyanyikannya

mananggado= orang yang menyanyikan refrein dari manasimba

Lamatuak= Sang Pencipta / Tuhan

hush= tarian yang dilakukan dengan kuda pacuan

bamba limba= upacara memohon berkat / memohon hujan saat musim tanam

limba dale= lapangan tenpat dilakukannya upacara

kebalai= tarian dan nyanyian yang berbalasbalasan tanpa musik

sasando= alat musik semacam harpa yang wadahnya dari daun lontar tanpa acord

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline