Lihat ke Halaman Asli

Dodi Mawardi

TERVERIFIKASI

Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Literasi Masa Depan dari Pelosok Purwakarta

Diperbarui: 23 November 2017   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Anak-anak bersuara lantang. Terdengar seperti sekawanan lebah yang terbang ke sana ke mari. Suara mereka bersahutan dari setiap kelas di SDN 02 Cisarua - Tegalwaru. Sedang apakah mereka gerangan? Ternyata, anak-anak itu sedang membaca beragam buku di dalam kelasnya. Masing-masing siswa memegang satu buku. Mata mereka fokus tertuju pada deretan huruf dan gambar. Sesekali mereka mengangkatnya, lalu meletakkan kembali di meja. Seperti itulah kegiatan mereka setiap hari selama 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai di pagi hari.

dokpri

Di sekolah lain, yaitu SDN 01 Tegalsari -- Tegalwaru, anak-anak asyik bermain batu di selasar depan kelasnya masing-masing. Beberapa anak memainkan games masa lalu "Jarlu" atau sajajar tilu, memanfaatkan garis-garis lantai keramik. Dulu, garis itu harus dibuat di atas tanah. Siapa yang pertama kali membuat tiga batu sejajar dalam garis lurus, dialah yang akan menjadi pemenangnya. Mereka bermain bukan sembarangan bermain melainkan mengikuti program setiap hari Rabu, Maneuh Sunda. Setelah selesai bermain, kemudian mereka membaca buku.

dokpri

Sejak Dedi Mulyadi mengemban tugas sebagai Bupati Purwakarta, pada 2008 lalu, sejumlah gebrakan dilakukannya. Nama Purwakarta pun lebih dikenal ke seantero negeri. Di bidang pendidikan, Dedi membuat gebrakan literasi membaca selama 15 menit sebelum jam pelajaran dan memajukan waktu masuk sekolah satu jam lebih awal, serta program pendidikan karakter "Tujuh Poe (hari) Pendidikan Istimewa".

Program literasi yaitu membaca, menyimak, menyampaikan dan menulis, sangat penting dilakukan sedini mungkin kepada anak-anak. Siswa sekolah dasar cocok untuk melaksanakannya. Purwakarta beruntung memiliki bupati yang peduli pendidikan literasi. Dalam waktu singkat, program ini mendapatkan respon positif dari banyak kalangan. Bukan hanya praktisi pendidikan dan para orangtua, melainkan juga pihak-pihak swasta dan lembaga sosial.

dokpri

Yayasan Nurani Dunia (YND) yang dikelola oleh Sosiolog Universitas Indonesia -- Imam B. Prasodjo, sudah sejak 2002 berkegiatan sosial di Purwakarta, tepatnya di desa Tegalsari, desa Cisarua dan desa Pesanggrahan, kecamatan Tegalwaru. Di sana, yayasan itu membangun kembali sekolah yang ambruk, memperbaiki berbagai sarana dan prasarana pendidikan, membangun sekolah baru tingkat SMP dan SMK, serta berbagai kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. 

Yayasan ini memiliki sejumlah sarana milik sendiri berupa Rumah Ilmu, Kebun Ilmu, Rumah Kreasi, Saung Sehat dan Saung Kembar. Di sanalah, yayasan ini memberdayakan kekuatan lokal untuk membangun desanya sendiri. Bahkan, yayasan ini juga mendorong berdirinya sebuah yayasan yang dikelola oleh warga setempat yaitu Yayasan Pena Hijau.

dokpri

Setelah 15 tahun berkarya, YND juga tergerak untuk mendukung program literasi yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Purwakarta. Sejak awal November lalu, YND bekerja sama dengan Institut Penulis Indonesia (IPI) besutan Bambang Trim dan didukung oleh Petra Pertamina menyelenggarakan acara Penguatan Literasi Alam Kampung Ilmu (Pelangi) di dua tempat yaitu SDN 02 Cisarua dan SDN 01 Tegalsari. Acara ini berisi kegiatan kuliah umum literasi, pelatihan terhadap guru, coaching dan pendampingan proses belajar serta festival literasi.

Para praktisi penulisan dan literasi dari Bandung, Jakarta dan Depok, datang ke sana selama dua pekan, dipimpin oleh Bambang Trim, penulis dan pelatih penulisan yang sudah sangat berpengalaman. Pak BT, demikian biasa dipanggil, juga mengajak serta Hernowo yang terkenal dengan buku Mengikat Makna, Tasaro GK penulis novel Nabi Muhammad yang juga piawai sebagai juru cerita, Sri Yatin Idoy penulis buku, dan Dr. Amie Primarni -- aktivis gerakan Dosen Menulis Buku. 

Oh ya, serta saya Dodi Mawardi, penulis buku Belajar Goblok dari Bob Sadino dan pengelola Sekolah Menulis Kreatif Indonesia. Plus sejumlah panitia yang turut serta mendukung program ini yaitu pak Imam B. Prasojo sendiri, bu Gita (istri pak Imam), bu Mutia ('kuncen' Rumah Ilmu), Umay, Aisyah, Sofa dan Loly serta penggawa Yayasan Pena Hijau. 

dokpri

Kami secara bergantian memberikan pelatihan dan pendampingan literasi. Kami memberikan pelatihan, bimbingan, mengajari anak-anak membaca buku, menyampaikan dan menyimak, mengajak para guru lebih bersemangat mendalami literasi, meningkatkan minat baca mereka, serta sedikit demi sedikit memunculkan keinginan mereka untuk menulis. Respon mereka luar biasa. Siswa-siswi di kedua SD negeri tersebut sangat antusias berkomunikasi dengan kami. Binar-binar mata mereka menunjukkan diri sebagai manusia haus ilmu dan pengetahuan. Pun demikian para gurunya.

dokpri

Program Pelangi ini juga menyumbangkan ratusan judul buku beragam tema yang cocok buat siswa SD, mulai dari buku bergambar, cerita anak, buku ilmu pengetahuan populer sampai novel. Setiap kelas mendapatkan satu keranjang plastik besar buku, yang bisa mereka baca setiap hari. Anak-anak yang selama ini hanya bisa membaca buku pelajaran, seperti mendapatkan air mancur ala Taman Sri Baduga di pusat kota Purwakarta, ketika mendapatkan buku-buku non pelajaran tersebut. Mereka berebut buku dan dengan penuh semangat membacanya. Bahkan beberapa siswa meminta sekolah mengizinkan mereka untuk membawanya ke rumah.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline