Lihat ke Halaman Asli

Aku Mencium Tangan Papa, Maling Mencium Tanganku

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin beberapa orang menganggap tulisan saya norak dan tidak bermutu, atau pun ada yang menganggap tulisan ini seperti cerita anak-anak, bagi saya apa pun penilaian pembaca, itu hak mereka, akan tetapi yang saya mau ceritakan adalah sebuah kisah nyata yang belum lama ini saya alami, tetapi baru sempat memposting pagi ini.

Sudah beberapa tahun ini saya berselisih faham dengan papa saya, bahkan sudah tidak bisa dihitung lagi jumlah kami debat mulut, dan pernah satu kali sudah mengarah keperkelahian fisik. Hal itu terjadi ya karena ada perbuatan papa yang bagi saya sangat menyakiti kami semua, tetapi tidak ada yang mau mengalah.

Sejak "perdebatan" itu, papa kami keluar dari rumah, dan kami berjuang hidup secara mandiri. Otomatis kepergian papa, membuat saya memutuskan komunikasi dengan papa dengan sengaja. Akan tetapi saat itu, banyak kontrak buku yang seharusnya sudah deal dan mau tanda tangan kontrak, tiba-tiba dibatalkan secara sepihak oleh beberapa penerbit. Banyak klien yang tidak pernah menghubungi saya, akibatnya ekonomi kami hancur.

Saya mulai mengintropeksi diri saya, apakah yang salah pada diri saya, dan mengapa serasa Allah menghukum saya, padahal saya tidak salah apa pun(masih egois). Suatu ketika saya dinasehati oleh mama dan tante saya, yang intinya bagaimana pun perilaku papamu, dia itu adalah orang tuamu, kalau dia ada salah biar Allah yang membalasnya, kita sebagai anak hanya wajib berbakti

disana saya merenung, dan saya memberanikan diri, menelpon papa, meskipun awalnya mendengar suara saya,telpon saya di matiin sama papa. ya sudahlah saya coba lagi.

Secara singkat, karena saya telpon terus akhirnya telpon saya diterima, meskpun beberapa minggu saya telpon , telpon saya tidak dilayani. Setelah mendengar suara papa, saya meminta maaf atas perbuatan saya yang banyak melawan kepada beliau, dan beliau memaafkan saya, dan berjanji akan datang kerumah untuk tengokin anak saya yang baru lahir.

Beberapa waktu kemudian, datanglah papa kerumah untuk melihat anakku, kedatangannya aku sambut dengan mencium telapak tangannya untuk meminta maaf dan memohon doa restu.

Beberapa hari dari kedatangan papa, bukan berkah yang didapat, tetapi sendal Eiger original saya dicuri orang. Ehm... sempat kesal siapa yang mencuri sendal saya itu. Selama 3 hari saya terus mencari keberadaan sendal saya, tetapi tidak bertemu juga, selain mencari saya juga iringi dengan sholat Hajad supaya sendal saya diketemukan

Boleh percaya atau tidak dihari ke 4, ketika saya mengerjakan naskah didalam kamar, tiba-tiba kamar saya dibuka sama mama, dan dibelakangnya ada seseorang, dan mama berbisik : "kamu diam , ini yang mengambil sendal kamu dan dia mau minta maaf"

Tiba-tiba  orang yang mengambil sendal saya, mencium telapak tangan saya. saya sangat terkejut, ada maling datang, ngaku salah dan membalikan sendalku. wow.... aku belum lama menium telapak tangan papa, sekarang maling mencium telapak tanganku

Ini semua kisah nyata, hikmahnya : berbakti dengan orang tua, membawa keselatamatan dan berkah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline