Kurikulum merdeka disebut sebagai merdeka belajar karena kurikulum merdeka memberi peserta didik kesempatan untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan kebutuhan mereka dan lingkungan belajar mereka. Kurikulum ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Kurikulum ini juga mendukung terbentuknya kemampuan 4C (Creative, Critical Thinking, Collaboration, and Communications) sebagai kemampuan yang dibutuhkan dalam perkembangan industri 4.0 ini. Menyikapi hal tersebut ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk kurikulum merdeka. Berikut ini adalah 4 model pembelajaran yang cocok untuk digunakan atau diimplementasikan pada kurikulum merdeka.
1. Problem Based Learning (PBL)
Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah. Dalam PBL, siswa diberikan masalah dunia nyata atau tugas kompleks yang memerlukan analisis, pemahaman, dan solusi. Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari jawaban atau solusi yang tepat. PBL mendorong kolaborasi antara siswa. Mereka bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan masalah, membagi pengetahuan, dan mencapai solusi bersama. Guru dalam PBL bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing. Mereka membantu siswa dalam proses pemecahan masalah, memberikan panduan, dan memberikan umpan balik. Melalui pemecahan masalah, siswa diberi kesempatan untuk memahami konsep secara mendalam dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
2. Project-Based Learning (PjBL)
Project-Based Learning (PjBL) adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada proyek atau proyek-proyek dalam pengajaran dan pembelajaran. Dalam PjBL, siswa mempelajari konsep dan keterampilan melalui keterlibatan aktif dalam proyek-proyek nyata yang berfokus pada solusi masalah, kreativitas, dan penerapan pengetahuan dalam konteks praktis. Siswa diberikan tugas atau proyek nyata yang berhubungan dengan dunia nyata. Proyek ini dapat beragam, mulai dari desain, pembuatan produk, penyelidikan masalah sosial, hingga pengembangan solusi teknologi. PjBL mendorong kolaborasi antara siswa. Mereka bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan proyek, berbagi tanggung jawab, dan memanfaatkan keahlian masing-masing. Guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping dalam PjBL. Mereka memberikan panduan, dukungan, dan arahan kepada siswa, namun lebih fokus pada memandu dan mendukung daripada memberi jawaban langsung.
3. Discovery Learning
Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam menemukan dan memahami konsep, prinsip, dan pengetahuan secara mandiri atau dengan bimbingan. Pendekatan ini mengutamakan pengalaman langsung dan eksperimen sebagai cara untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam. Siswa diizinkan atau diberikan petunjuk untuk menemukan konsep atau pengetahuan secara mandiri. Hal ini mendorong mereka untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan memiliki pemilik atas pembelajaran mereka. Meskipun pendekatan ini menekankan peran aktif siswa, guru masih memiliki peran penting dalam memberikan panduan, memberikan pertanyaan yang relevan, dan memberikan dukungan jika diperlukan.
4. Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dalam pendekatan ini, kerja sama antar siswa ditekankan sebagai alat untuk mempromosikan pemahaman, komunikasi, keterampilan sosial, dan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil (biasanya 2 hingga 6 siswa) untuk menyelesaikan tugas atau proyek bersama. Mereka harus berinteraksi, berbagi ide, dan mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial seperti berkomunikasi efektif, mendengarkan, mengelola konflik, dan berkolaborasi dengan orang lain. Melalui diskusi dan kolaborasi, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis saat mereka saling bertukar ide dan perspektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H