Lihat ke Halaman Asli

Penulis Absurd

Hanyalah seorang manusia biasa yang hidupnya absurd

Perempuan, Makhluk yang Tak Bisa Berpikir Layaknya Laki-laki?

Diperbarui: 18 Desember 2020   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu, saya tidak sengaja menonton video Instagram yang menurut saya cukup nyentrik di perangkat saya. Sebuah video yang menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri perempuan yang sudah menjadi pemahaman umum dan praktik yang lazim di masyarakat bahwa perempuan seperti anak-anak yang irasional, perempuan menuntut banyak pemahaman bahwa laki-laki dan / atau perempuan tidak pernah salah.

Ini cukup menarik. Karena seolah-olah mereka mendeskripsikan bahwa gender atau gender juga memiliki ciri-ciri tertentu.

Menurut saya, ciri-ciri yang dikategorikan sebagai ciri-ciri perempuan di atas salah. Karena bagi saya fitrah manusia bukanlah gender, karena gender tidak ada naturnya.

Mari kita ambil contoh. Misalnya mengenai penuturan bahwa perempuan memiliki sifat yang kekanak-kanakan. Coba pikirkan, apa standar atau ukuran yang menurut perempuan kekanak-kanakan?

Jika ukurannya adalah karena perempuan berpikir sama polosnya dengan anak-anak, lalu bagaimana dengan perempuan pintar di luar sana, yang bisa berpikir rasional dan bahkan mungkin lebih perseptif daripada kebanyakan laki-laki? Misalnya Kalis Mardiasih.

Oleh karena itu, menurut saya, gender tidak mewakili kategori atau sifat tertentu. Itu ada dalam konteks yang berbeda. Karena pada kenyataannya, jika Anda setuju bahwa laki-laki itu rasional dan tidak kekanak-kanakan, bagaimana dengan fakta bahwa banyak laki-laki secara kognitif rendah dan juga tidak seimbang secara emosional. Jadi, menurut saya, siapapun bisa memiliki ciri-ciri tersebut, apapun jenis kelaminnya.

Mungkin beberapa gadis sangat kekanak-kanakan padamu, tapi itu tidak berarti semua gadis seperti itu. Bukan karena itu adalah kutukan dari sifat yang mereka miliki sejak lahir. Sebab, laki-laki juga memilikinya, atau bahkan mungkin lebih dari perempuan itu sendiri. Jadi, ciri-ciri tersebut bisa dimiliki oleh siapa saja. Tidak terikat pada jenis kelamin tertentu.

Namun di satu sisi saya menyadari bahwa kita juga tidak dapat memungkiri bahwa masih banyak perempuan hegemoni dengan pemahaman yang timpang bahwa perempuan itu kekanak-kanakan dan tidak serasional laki-laki.

Pasalnya, banyak orang yang 'membenarkan' perempuan untuk selalu bersikap seperti itu, atau bahkan mendorong perempuan untuk menjadi seperti itu melalui dominasi budaya patriarki kita. Ibarat idiom "itulah kodrat perempuan" yang kita dengarkan setiap hari, hal seperti ini membuat perempuan secara naif mengembangkan kesadaran bahwa sifat kekanak-kanakan itu benar dan tidak ada niat untuk mengubahnya.

Ada juga pemahaman serupa, seperti "perempuan cenderung menggunakan perasaan mereka daripada logika mereka." Pernyataan seperti ini tentunya memiliki efek yang cukup mengganggu sehingga atas dasar pemikiran semacam ini, seolah-olah menjamin perempuan untuk terus bertindak irasional dan tidak logis serta mempengaruhi cara pandang perempuan untuk selalu mengedepankan perasaannya.

Ketika standarisasi ciri-ciri tersebut sudah menjadi praktik yang lumrah, perlahan-lahan pemahaman bahwa perempuan tidak rasional dianggap sebagai sesuatu yang menarik seolah memberikan pesona tersendiri di mata laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline