Lihat ke Halaman Asli

Tak Salah Kita Berharap (Edisi Pemilu 2014)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesaat mataku kupejamkan..

seharian berada didepan layar komputer..

Membaca sandiwara para politikus....

Geram hati ini, kala melihat kemunafikan disekeliling..

Janji manis itu kembali muncul..

Janji para politikus calon tikus kelaparan..

Kini babak baru sudah berjalan setengah..

Sang raja sebentar lagi menunjukan batang hidungnya..

Entah, apakah sama saja atau lebih baik bahkan lebih buruk..

Ah, malas aku menilainya..

Sepintas, mereka seperti malaikat..

Padahal, kebencian menyelimuti mereka..

Saling serang adalah makanan wajib tiap hari..

Penjatuhan, sudah tentu mereka fikirkan..

9 Juli sebentar lagi, sang raja sudah didepan mata..

Kecurangan, menghantuiku ..

Isu golput tak layak kita terima..

Memilih, adalah kewajiban kita semua..

Apa daya, jika kita di tipu lagi..

Tak bosan, ku berharap pada mereka..

Meski derita, yang nantinya kita dapat..

Politik memang tak kenal kepastian..

Apa daya, kita hanya rakyat jelata..

Pendidikan gratis adalah mutlak harusnya..

Kesehatan pun hak wajib bagi kita semua..

Walaupun, hanya janji palsu..

Tak salah, kita berharap....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline