Lihat ke Halaman Asli

Ketimbang Bengong

Tukang Ojek Online

Film "Offside" dan Akhir Penantian Suporter Wanita Iran Menuju Stadion

Diperbarui: 13 Oktober 2019   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Di jalanan kota Teheran, sebuah bus yang dipenuhi suporter tengah bergerak menuju Stadion Azadi. Mereka bersorak dan meneriakkan dukungan kepada timnas Iran yang akan menghadapi Bahrain di laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2006.

Sementara itu, di dalam taksi terdapat seorang lelaki tua yang tengah khawatir atas kondisi putrinya. Ia mengetahui bahwa anaknya sedang menuju stadion untuk menonton langsung pertandingan tersebut. Ia lantas mengamati setiap bus yang dijumpai. Berharap menemukan anak tercintanya.

Kekhawatiran ini tentu bukan tanpa sebab. Pasalnya di Iran, terdapat larangan bagi wanita untuk memasuki stadion. Larangan itu didasari pendapat para ulama yang menganggap wanita harus dilindungi dari suasana yang tidak nyaman dan umpatan kasar yang kerap terlontar di stadion. Bila ada yang nekat masuk ke stadion dan ketahuan, mereka akan ditahan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pengamanan berlapis dilakukan pihak kepolisian yang dibantu oleh kesatuan tentara. Para petugas sangat jeli memeriksa setiap suporter, lantaran banyak suporter wanita yang kerap menyamar menjadi pria untuk bisa masuk ke stadion.

Pada sore itu petugas berhasil mengamankan sejumlah wanita yang menyamar dengan beragam rupa. Ada yang memotong rambutnya seperti pria, ada yang menghias wajah dengan warna bendera Iran, hingga menggunakan seragam polisi sebagai penyamarannya.

Mereka yang terjaring, dibawa ke belakang tribun atas stadion untuk di data sebelum dibawa ke kantor kepolisian susila.

Namun sebelumnya, kejadian di atas hanyalah beberapa adegan di film 'Offside' karya Jafar Panahi. Film produksi tahun 2006 itu memang bertujuan untuk menggambarkan realita sekaligus mengkritik larangan perempuan untuk masuk ke stadion sejak meletusnya Revolusi Islam Iran tahun 1979.

Sebenarnya tidak ada aturan resmi yang melarang wanita menonton pertandingan sepakbola pria secara langsung. Tapi sejak 40 tahun yang lalu, mereka ditolak masuk ke stadion dan beberapa dari mereka yang mencoba melanggarnya akan dijatuhi hukuman. Tahun lalu, setidaknya 35 wanita ditahan saat hendak mengakali petugas.

Walau demikian, hal tersebut tidak menyurutkan niat suporter wanita lainnya untuk datang ke stadion. Puncaknya adalah ketika Sahar Khodayari, suporter fanatik klub Esteghal, yang melakukan aksi bakar diri. Ia kecewa atas vonis 6 tahun penjara setelah ketahuan menyamar sebagai pria yang dilakukannya berulang kali.

Setelah sempat dirawat di rumah sakit, wanita yang mendapat julukan 'Blue Girl' ini tewas dan memicu gelombang protes yang lebih luas. 

Kepala staf kepresidenan Iran, Mahmoud Vaezi, berdalih jika pemerintah berusaha melindungi wanita dari situasi di stadion yang bisa berubah seiring waktu. Dan pihaknya akan mengizinkan wanita memasuki stadion bila tulisan dan nyanyian-nyanyian bernada umpatan dan kericuhan di dalam stadion bisa ditanggulangi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline