Lihat ke Halaman Asli

Kurikulum Lama vs Kurikulum Baru

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seperti kita ketahui kurikulum pendidikan di Indonesia telah berubah berkali-kali. Kurikulum berbasis lama menyiapkan sumberdaya manusia. Di Jaman Penjajahan adal politik balas budi pemerintah belanda sehingga didirikanlah sekolah untuk warga pribumi, tetapi pelaksanaannya disalahgunakan oleh Penjajah Belanda mendirikan sekolah untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik di perusahaan-perusahaan penjajah. Sampai sekarang pengaruh pendidikan jaman penjajahan masih menempel pada pendidikan kita. Pendidikan hanya menyiapkan sumber daya manusia menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan. Dulu, jumlah lulusan sekolah sedikit sedangkan lapangan pekerjaan banyak, sehingga setiap lulusan akan bekerja sesuai bidangnya. Lama kelamaan lulusan pendidikan semakin banyak, lapangan pekerjaan tak lagi menampung lagi. Lulusan yang tak mampu bekerja di bidangnya semakin banyak pula, kompetensi hasil sekolahnyapun tak lagi berguna.

Kurikulum baru mempunyai semangat "pendidikan adalah meningkatkan kualitas manusia". Kualitas bukan hanya dilihat dari kompetensi tetapi juga emosi dan spiritual. Hasilnya adalah lulusan yang punya etika, sehingga menjadi warga Negara yang baik. Lulusan adalah pembelajar yang baik, bukan kompeten, sehingga ketika dia bekerja di bidang tertentu dia akan belajar secara cepat. Kelebihannya adalah dia mampu menghargai orang yang bekerja sebagai tukang sampah, sopir, ojek, dan pekerjaan yang sekarng dibuat remeh. Dan bahkan apabila lulusan dari sekolah dengan kurikulum baru juga menciptakan lulusan tukang sampah yang membanggakan, petani yang mencintai tanamannya. Lulusan bukan mencari pekerjaan, tetapi semua produktif entah sebagai wirausaha maupun pekerja tingkat rendahan.

Pertanyaannya Kurikulum 2013 apakah bisa disebut kurikulum baru? Tentunya kalau belum kita sebagai pendidik akan lebih maju dari kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran bukanlah untuk melatihkan kompetensi tertentu, tetapi membuat siswa yang mampu belajar. Cirinya tanpa diperintah siswa akan belajar. Siswa belajar atas kemauan sendiri apabila proses pembelajarannya menarik bagi siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline