Lihat ke Halaman Asli

Penny Lumbanraja

A girl who love vegetables and fruits. Bataknese.

Puisi | Pandemi

Diperbarui: 1 Juni 2020   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pinterest

Semarak ajar bagai hujan enggan berhenti
Tetes air mata pertiwi tak kunjung terhenti
Menatap tubuh kian jatuh tak bernyawa
Menangisi  daging kehilangan roh dan jiwa


Cahaya bak memburam
Asa kian aram temaram
Dia bahaduri gagah turut menjadi korban
Dia bertahan lihai menuntun kesembuhan


Namun ketakutan menggiring semangat hampir patah
Namun kecemasan berbaur bekat hati kian memarah
Bagai bumi langit lelungit terkena tulah
Karena manusia tak lagi mengenal salah


Sampai kapan bumi berperang melawan keegoisan
Sampai kapan tanah selesai menampung kematian
Berjalan kian kesana kemari dipenuhi ketakutan
Bersembunyi sebentar menjauhi kecurigaan


Kala itu, pandemi ini seperti hanya guyonan
Kala itu, pandemi ini bagai suatu lawakan
Tetiba kini, berjuta umat bagai tawanan
Tetiba kini, sejuta juita menjadi korban


Senyuman ujung telinga ke ujung telinga kian memudar
Girangan nan elok yang mengudara seakan jatuh terpapar
Kalakian semua umat tetap waspada
Kecah kini kian berangsur tak berada

Sumatera Utara, 31 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline