Lihat ke Halaman Asli

Lebaran di Kampung Halaman

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

merekam kata di kampung halaman

tinggalkan pekerjaan tinggalkan kejenuhan, saatnya kita berbagi kebahagian dalam satu pangkuan "kampung halaman" disana kita dibesarkan dan disana kita berbagi kebahagian dan disana kita sedikit mengukir cerita dirantau masing-masing, tidak peduli kesusahan dan ketegasan bos di rantau kita pikirkan, disaat itu kita mengenyapingkan kepedihan hidup di rantau,  dan di sana kita berkumpul dari berbagai pekerjaan,

setiap muda-mudi minang pulang dari rantau di sanalah mereka bercerita kebahagian dan disanalah mereka saling menujukan kesenangan di kampung orang, kadang kala ada dari mereka yang merasa susah di rantau orang" tapi mereka tidak peduli, mereka terus berbagi kebahagian kepada kerabat dan sahabat sanak family yang mereka rindu kan di rantau orang"

tidak ubahnya mereka dan saya, saya juga luput dari kesedihan dan sedikit kebahagian saya bagi kepada kerabat saya di kampung, saya tidak peduli ketertindasan saya, saya kesampingkan, kebahagian saya bagi, seolah-olah saya ini benar-benar bekerja dan mencari sedikit rupiah di rantau, padahal saya hanya seorang penjelajah negeri yang tidak bekerja dan juga kadang makan kadang tidak, tapi saya tidak pernah peduli saya juga punya cerita kebahagian, yang saya bagi sedikit kepada sanak family saya di kampung agam meskipun mereka tidak mau mendengarkan tapi saya sadar, cerita saya tidaklah semewah mereka yang pulang ke kampung sebagai pekerja kantoran, pengusaha, dan pedagang, sedengkan saya hanya punya cerita di jalan, tidak mungkin cerita saya semewah mereka.?

tapi itulah tanah rantau sedikit bertuah sperti pepatah minang laui sakti rantau batuah tanah subarang tejajah juo dan peneliti dari belanda juga pernah menyebut seperti berikut Rudolf Mrazek, sosialgi BELANDA, dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau.Semangat untuk merubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Ka rantau madang dahulu, babuah babungo alun (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda.

selamat idul fitri mohon maaf  lahir dan bhatin buat semua kerabat dan pejalan nusantara




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline