Lihat ke Halaman Asli

Anta Nasution

Laut Biru

Sundal Bersuara Mendesah

Diperbarui: 31 Januari 2016   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/caption][caption caption="The Girl (from www.bestwhitedress.com )"][/caption]Namaku Namal, Bujangan semester 8 di salah satu Universitas Favorit di Bandung. Hobiku melihat sesuatu yang indah, terutama wanita cantik, setiap ngeliat wanita cantik, aku selalu bersemangat untuk menafkahinya. Selama kuliah, aku selalu mencoba hal-hal baru, keluar dari zona nyaman untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

Sabtu pagi di bulan Januari, aku sedang berada di rumah mewah milik temanku, di Lembang, Bandung. Rumah berlantai 3 dengan luas 800 m2, menawarkan pemandangan alam yang natural, tak lupa udara segar yang memanjakan paru-paru. Setelah lulus SMA, teman-temanku melanjutkan perjuangan ke jenjang lebih tinggi. Menggapai mimpi. Melawan kehidupan yang lebih keras, utamanya tugas yang lebih banyak dari biasanya. Karena kesibukannya masing-masing, sulit untuk kami berkumpul semua. Tapi kali ini berbeda, kami bisa berkumpul semua di rumah mewah itu. Biar kuperkenalkan temanku satu per-satu.

Reki, sudah lulus kuliah. Pemilik rumah mewah tempat kami berkumpul, orang tuanya baru beberapa bulan ini pindah ke Lembang, Reki sendiri belum terlalu tahu Bandung, khususnya tentang dunia malam yang menjadi kesenangannya.

Rasdi, sudah lulus kuliah dan sudah bekerja, pendiam dan tidak neko-neko. Putas, kuliah di Surabaya, semester 8, ga kuat kalau ngeliat wanita cantik nan-sexy, bawaannya pengen kenalan. Igar, kuliah di Jakarta, semester 8, jago memberikan harapan palsu kepada wanita.

Ya, kami ber-lima sudah berkawan semenjak SMA. Sejarah panjang terukir dalam perkawanan kami, yang selalu menjadi bahan obrolan setiap berkumpul. Cerita yang akan dikisahkan ke anak-anak kami kelak.

Pagi itu aku, Reki, dan putas duduk di halaman belakang rumah. Tempatnya asik, ada kursi-kursi dari bambu, kolam ikan, saung dengan luas 5x6 m2, meja billiard, mini bar lengkap dengan alat-alat pembuat kopi. ”Mal, ntar malam ajep ajep lah, lu kuliah udah mau beres tapi belum pernah ajep-ajep,” ucap Reki kepadaku memulai obrolan pagi. Aku memang tidak suka dengan clubbing/dugem. Aku tau kalau di tempat clubbing itu cewenya cantik-cantik, apa lagi kalau di Bandung. Setiap kali diajak clubbing oleh teman-temanku di kampus, aku selalu menolaknya. Entah mengapa kali ini berbeda. Omongan Reki benar, lumayan buat nambah-nambah cerita hidup, tapi kalau clubbing identik dengan minuman beralkohol. Aku tidak mau meminumnya.

”Haha kan lu tau sendiri gua ga suka clubbing, gua kan ga suka minum-minuman alkohol gitu Ki,”

”Lah selow Mal, lu ga usah minum yang kayak gitu, lu pesen co*a *ola aja,” ujar Reki sambil menyalakan sebatang rokok.

”Lagian Mal, cewenya itu gurih-gurih, apa lagi di Bandung, ga akan ngecewain deh,” ucap Putas yang dari tadi hanya asik main handphone. Ia melanjutkan, ”udeh Mal, ayoklah sekalian gua mau membuktikan kesexyan cewe Bandung.”

”Ah, elu Tas, kalo cewe aja selalu nomor satu, lu kata rumus harus dibuktiin,” ucapku yang mulai yakin bahwa malam ini akan menjadi pengalaman pertamaku masuk ke club malam. Aku melanjutkan, ”ya udah ayok dah, itung-itung buat pengalaman, tapi gua ga akan minum yang gitu-gitu yak.”

”Nah gitu dong Mal, kegaulan dan ke-kerenan lu ga akan mencapai 100% kalo belum clubbing,” ujar Reki. Putas masuk ke dalam rumah, menuju kamar untuk membangunkan Igar dan Rasdi. Tinggalah aku berdua dengan Reki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline