Lihat ke Halaman Asli

Penina Salawane

Syukur, Sabar, Ikhlas

Puisi | Kartiniku, Ibuku

Diperbarui: 21 April 2020   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kartiniku, Ibuku

141 tahun silam, wanita  pejuang  ini lahir, tepatnya di tahun 1879

Seorang wanita jawa keturunan ningrat 

Berjuang untuk persamaan derajat pria dan wanita

Dialah sang pejuang emansipasi, Raden Ajeng Kartini

Sosoknya menawan dan penuh semangat

Perjuangannya gigih dan  tak kenal lelah

Menghantar wanita Indonesia menjadi sejajar dengan kaum pria

Membuat kaum wanita dulu dan kini merasa bangga ...........

Aku miliki juga kartini masa kini

Dia adalah ibuku tercinta

Perjuangannya tak kenal lelah dalam membesarkan anak-anaknya

Dedikasinya tanpa batas

Selalu berpindah kota mengikuti suami seorang anggota Polisi

Ibuku rela meninggalkan pekerjaannya di pemerintahan

Fokus utamanya adalah keluarganya

Melayani  membina dan membesarkan putra-putrinya tanpa mengeluh

Ku ingat saat pulang sekolah

Makanan tersedia di atas meja, menungguku pulang untuk disantap

Kadang kulihat kelelahan diwajahnya

Peluhnya menetes saat bekerja

Dirinya selalu ada di nomor belakang untuk sebuah prioritas 

Prioritas utama adalah anak-anaknya

Kuingat petuahnya waktu itu

"Kejarlah ilmu dan gapailah cita-citamu, wanita harus punya pekerjaan, supaya bisa peganguang sendiri"

Itu salah satu yang selalu kuingat 

Hingga masa tuanya kini..

Perhatian dan kasih sayangnya tak pernah pudar

Selalu ingin berbagi apa yang ada padanya untuk anak cucunya

Sehats elalu ibuku tersayang

Kartiniku, ibuku

 

Penina AS, 21042020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline