Lihat ke Halaman Asli

Kisah Seekor Kucing yang Dihukum Menjadi Manusia

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428987944648430041

Apakah kau percaya setiap makhluk akan menerima ganjaran atas perbuatannya yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, seperti yang diungkap kitab-kitab suci keagamaan? Terserah kau mau mempercayai hal itu atau tidak, tetapi di sini aku hanya menceritakan kisahku. Kau boleh tidak mempercayainya.

*

Dulu, dulu sekali. Aku adalah seekor kucing yang bengal. Saat masih kanak, akulah penguasa keenam puting susu ibuku. Sebelum aku kenyang, saudara-saudaraku tak berani mendekati puting susu ibuku. Saat remaja, perkelahian dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya kulakoni. Tak peduli mereka pemilik rumah menyiramku dengan air comberan yang berbau busuk. Dan tak peduli luka cakar membuat codet seluruh tubuhku, asalkan aku bisa diakui menjadi satu-satunya penguasa atap rumah Blok B.

Saat beranjak dewasa, aku tak lagi berkelahi sesering dulu. Hanya beberapa kali bila ku melihat ada kucing asing yang datang ke daerah kekuasaanku tanpa permisi. Seluruh kucing jantan telah kutaklukan, sementara yang betina merengek minta dikawini. Entah sudah berapa banyak betina yang rahimnya kusuntik dengan spermaku. Dan jangan kau tanya berapa anakku, sebab setelah mengawini mereka aku lantas pergi. Masa-masa keemasanku menjadi kucing bengis di Blok B perumahan elit di Semarang masih terkenang hingga kini.

*

Suatu malam setelah habis bercinta dengan betina kembang telon, aku menyisir jalan, mengontrol apakah ada kucing asing yang masuk wilayahku. Saat hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah sedan meluncur ke arahku dan melindas tubuhku. Nyawaku keluar bersamaan dengan sepasang wajah kepanikan keluar dari kabin sedan. Aku dapat memperkirakan sang pengendara baru saja mendapat SIM baru dan hendak pamer ke kekasihnya dengan mengajaknya kencan. Sesaat sebelum melindas tubuhku pasti mereka tengah bersenda gurau.

Dengan begitu panik sang gadis merelakan sweeternya yang berwarna merah jambu sebagai pembungkusku dan meletakkan ku dalam bagasinya.

"Kita dalam masalah besar. Menabrak kucing hitam bertanda tak baik," ujar sang gadis yang hanya terdengar sepintas lalu, sementara si pemuda menggali lubang kuburku. Aku dikuburkan di lahan kosong di samping rumah sang gadis.

*

Sesaat setelah sedan itu berlalu meninggalkanku. Malaikat maut versi hewan menjemputku. Aku diajak menuju alam akhirat hewan. Kau tahu, di alam ini waktu terasa memulur panjang. Lama sekali. Aku menunggu pengadilan atas diriku. Seperti yang diungkap kitab-kitab suci keagamaan, hari pertimbangan itu ada. Dan hewan pun sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline