Mungkin banyak pihak yang berharap, hal itu dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, agar mendapatkan berita besar dan amunisi segar untuk menyerangnya.
Mohon maaf, Presiden Republik Indonesia yang bernama Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah dan tidak akan pernah mengusir awak media massa. Baik kapasitasnya sebagai kepala negara, sebagai kepala pemerintahan, sebagai ketua umum parpol maupu sebagai pribadi. Rekam jejak SBY sebagai tokoh politik tidak memungkinkannya melakukan tindakan negatif terhadap media massa. SBY sangat menghormati media massa, apapun yang dilakukan media massa itu terhadap dirinya, keluarganya atau kelompoknya.
Kita semua tahu bagaimana pemberitaan sejumlah media massa terhadap pemerintahan SBY, terutama dua televisi nasional yaitu Metro TV dan TVOne. Kedua televisi itu seringkali menayangkan berita, informasi, talkshow dan sebagainya yang berisi hal-hal negatif tentang pemerintahan SBY. Hal-hal negatif itu terus menerus diulang-ulang, ditayangkan dalam porsi besar, sehingga yang terlihat oleh publik adalah hal negatif dari pemerintahan SBY. Sementara hal positifnya hanya ditayangkan seadanya, atau bahkan sama sekali tidak disinggung. Awalnya banyak orang yang tidak percaya dengan sikap kedua media tersebut. Namun, ketika pemilu presiden berlangsung.... terbukalah topeng dan kedok kedua media massa tersebut, sebagai media yang sangat amat partisan. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendukung kepentingan kelompok politiknya. Standar dan etika jurnalistik diabaikan.
Namun... meski mendapatkan perlakuan yang tidak adil, terutama dari kedua media televisi tersebut, presiden SBY tidak pernah sekalipun bertindak, bersikap dan bersuara negatif terhadap kedua media itu. SBY selalu menghormati kedua media milik pemimpin partai politik tersebut. Tidak pernah SBY melarang diliput oleh mereka, atau mungkin mengusir mereka. Tidak pernah.
Yang dilakukan SBY paling hebat adalah menyindir media tersebut. Dan yang paling sering dilakukannya adalah menghimbau dan mengajak media massa untuk selalu bekerja sesuai prosedur, menaaati standar dan etika jurnalistik. Terus menerus dan berulang-ulang.
Secara pribadi, saya yang bukan siapa-siapa saja sering kesal dan jengkel dengan pemberitaan yang tidak berimbang tersebut. Bukan kenapa, tapi karena pemberitaannya seringkali benar-benar diluar batas. Lebay, kalau kata anak muda zaman sekarang. Terlihat benar bahwa mereka seperti menerapkan prinsip, “Semua yang yang dilakukan presiden/pemerintah adalah salah...” Kalau saya yang presiden, mungkin sudah saya gunakan berbagai cara untuk membungkam mulut mereka, hehe. Untunglah saya bukan presiden, karena kapasitas intelektual, kapasitas spiritual dan kapasitas emosional saya, jauuuuuuh sekali di bawah SBY, hehe.
Para pendukung dan anak buah SBY banyak yang tidak tahan dengan perlakuan media massa tersebut, yang memang sebagian sudah keterlaluan. Mereka juga berkali-kali meminta SBY bersikap dan bertindak lebih keras dan tegas. “Semut saja kalau diperlakukan seperti itu, pasti berontak...” mungkin begitu kira-kira permintaan mereka kepada SBY. Apalagi dampak dari pemberitaan media massa tersebut sangat besar. Pemerintahan SBY yang secara umum berhasil menjaga berbagai indikator politik, ekonomi, pertahanan dan sebagainya, dianggap NOL bahkan NEGATIF. Partai penyokongnya pun berantakan.
Tapi SBY bergeming. Dia tetap menjaga dan menahan diri. SBY tetap menghormati pers, tanpa pandang bulu. Sampai saat ini, selama 10 tahun berkuasa, SBY masih mampu menjaga martabat diri dan jabatannya sebagai pemimpin yang mampu memelihara demokrasi, termasuk di dalamnya menjaga pers, sebagai salah satu pilar demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H