Lihat ke Halaman Asli

Sang Presiden dan Paspampresnya

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14089474521787732214

[caption id="attachment_355088" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi Paspampres/Kompasiana (Wartakota.tribunnews.com)"][/caption]

Dalam buku “Selalu Ada Pilihan”, SBY menyinggung juga hubungannya dengan Paspampres. Ia mengaku beberapa kali melenturkan prosedur keamanan. Seperti ketika dalam perjalanan darat ke sebuah lokasi, kemudian terjebak macet. Padahal, waktu pelaksanaan acara di tempat tersebut, sudah hampir terlewati. Maka SBY mengambil inisiatif keluar dari mobil kepresidenan dan meminta diantar menggunakan sepeda motor Paspampres. Sebelum niatnya terlaksana, SBY harus berkomunikasi dulu dengan Danpaspamres. Terjadi perdebatan singkat, karena tindakan tersebut berrisiko. Namun setelah diberikan argumen, Paspampres memenuhi niat SBY tersebut.

Seorang presiden memang mendapatkan pengamanan sangat ketat dari sebuah pasukan khusus. Di Indonesia, pasukan khusus itu bernama Pasukan Pengamanan Presiden atau biasa disingkat sebagai Paspampres. Di sejumlah negara, pengamanan serupa juga dilakukan secara amat ketat. Paling kasat mata apa yang bisa kita lihat di Amerika Serikat. Dalam sejumlah film Hollywood kita dapat menyaksikan bagaimana ketatnya pengamanan terhadap presiden di sana. Namun di sejumlah negara lainnya, seorang kepala pemerintahan seperti Perdana Menteri tidak mendapatkan pengamanan seketat itu. Bahkan cenderung longgar.

Di Indonesia, seorang presiden harus tunduk kepada peraturan dan prosedur Paspampres. Setiap kali presiden melaksanakan kegiatan kenegaraan, atau kegiatan pribadi, pengawalan Paspampres melekat terhadap diri sang presiden. Jumlah personelnya sekitar 37 tentara, yang selalu berada di sekeliling presiden, mulai dari radius satu meter, sampai puluhan meter. Tingkat keamanan tersebut biasanya disebut sebagai RING 1. Tidak boleh seorang presiden sembarangan melakukan kegiatan di luar prosedur. Paspampres pasti akan menolaknya, karena tanggung jawab keamanan seorang presiden berada dalam tanggungan mereka. Ada sedikit luka atau cedera saja yang menimpa presiden, maka Komandan Paspampres akan mendapatkan sanksi. Apalagi jika lebih dari itu...

Dampak dari keamanan presiden memang amat besar. Bayangkan jika presiden mengalami luka berat? Tentu harus masuk rumah sakit bukan? Bagaimana jalannya pemerintahan jika presidennya sakit? Pasti terganggu. Itu hal teknis. Non teknisnya adalah berita tentang sakitnya presiden akibat lalainya pengamanan akan menjadi makanan empuk dunia pers dalam dan luar negeri. Dan pasti akan menjadi gosip politik negatif di tengah-tengah masyarakat. Bayangkan jika kemudian terjadi hal lebih dari luka berat? Yang repot bukan hanya Paspampres, tapi seluruh rakyat Indonesia. Berarti kita harus memilih presiden baru, atau minimal wakil presiden baru. Butuh waktu, butuh biaya, butuh energi. Itulah sebabnya pengamanan seorang presiden, mau tidak mau, harus ketat. Sangat ketat. Tidak ada tawar menawar. Karena risikonya terlalu besar.

Selama 10 tahun SBY berkuasa, beberapa kali bernegosiasi dengan Paspampres untuk sedikit melonggarkan prosedur. Seperti yang ditulis di atas ketika rombongan dan iring-iringan presiden terjebak macet. Kejadian semacam itu sangat jarang terjadi, tapi sangat mungkin terjadi. Apalagi SBY berkuasa selama 10 tahun. Meski jarang dilakukan, tetap saja sikap Pak SBY ini sempat membuat ketar-ketir Paspampres. Selain naik sepeda motor Paspampres, dalam kunjungan ke sejumlah daerah SBY juga sering menyalami warga. Di mata paspampres, hal ini sangat berbahaya. Tingkat keamanan harus dilipatgandakan. Begitu istilah mereka, untuk moment semacam itu.

Dan selama perjalanan dari sebuah kota ke kota lain lewat jalur darat, atau dari bandara ke lokasi, SBY juga kerap membuka kaca mobil kepresidenan untuk menyapa dan sekadar melambaikan tangan kepada warga yang suka berdiri di sepanjang jalan yang dilaluinya. Dari sisi humanisnya, hal itu sangat wajar karena banyak sekali warga – apalagi di pelosok negeri – yang seumur-umur belum pernah melihat sosok presidennya secara langsung. Mungkin presiden ingin sesering mungkin menyapa langsung rakyatnya. Tapi dari sisi keamanan, hal itu sangat berbahaya. Maka seorang presiden memang harus pintar-pintar menempatkan diri. Tetap dekat dengan rakyatnya, tetap menyapa masyarakat secara langsung, namun tidak terlalu sering melanggar prosedur keamanan. Jangan terlalu sering membuat Paspampres ketar-ketir.

Mungkin karena berlatar militer, SBY relatif tidak banyak membuat Paspampres dag dig dug dan ketar-ketir. Tidak terlalu banyak "ngerepoti" Paspampres. Secara umum, SBY masih lebih taat terhadap prosedur keamanan standar Paspampres. Ingat risiko dan ingat dampak besar yang diakibatkannya, jika prosedur keamanan tingkat tinggi itu, diabaikan...

Bagaimana presiden berikutnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline